Kisah Sultan Murad IV dan Waliyullah yang Gemar Beli Khamar

Rabu, 18 Desember 2019

Sultan Murad IV (Khalifah Turki Utsmani) ketika mengurus jenazah waliyullah yang dituduh zindiq oleh rakyatnya. Foto Ilustrasi/Istimewa

Sultan Murad Ahmad atau Murad IV (1623-1640) adalah seorang Khalifah Turki Utsmani yang terkenal tegas memberantas korupsi dan segala kemungkaran. Beliau memiliki sebuah kisah menakjubkan yang diabadikannya dalam buku hariannya.

Pada masa pemerintahannya, beliau mengubah kebijakan dan melarang peredaran minuman keras dan tembakau. Ia bahkan memerintahkan hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan itu.

Al-Musnid Syeikh Hamid Akram Al-Bukhary dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV menceritakan kembali kisah yang sangat menyentuh hati ini. Kisah ini juga pernah diceritakan Syeikh Khalid Al-Hamudi (Pembina Yayasan Al Manarah Al Islamiyah) saat khutbah di AQL Islamic Center Tebet Jakarta, beberapa waktu lalu.

Diceritakan, suatu malam sang Sultan merasakan kegelisahan dan kemudian mengajak pengawalnya keluar untuk ronda di jalanan. Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar.

Sultan pun pergi bersama pengawalnya. Hingga mereka tiba di sebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan tubuh lelaki itu, ternyata telah meninggal dunia.

Anehnya, orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun memperdulikannya. Sultan memanggil mereka dan tak menyadari kalau Beliau adalah seorang Sultan.

"Apa yang kau inginkan?' tanya orang-orang tersebut. Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meninggal tidak ada satu pun di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Di mana keluarganya?"

Mereka berkata: "Orang ini zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina!"

Sultan menimpali, "Tapi, bukankah ia termasuk umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW)? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya," kata Sultan yang menyamar jadi rakyat biasa.

Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya. Ketika sampai di rumah, sang istri laki-laki itu pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya pun langsung pergi.

Tinggallah Sultan dan pengawalnya di rumah itu. Dalam tangisnya sang istri berucap pada jenazah suaminya, "Semoga Allah merahmatimu wahai waliyullah (wali Allah). Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang saleh."

Mendengar ucapan itu, Sultan Murad IV kaget. "Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya?"

Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini," katanya.

"Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras (khamar), dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawanya ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".

"Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi."

"Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam."

"Orang-orang pun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir."

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku, "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensalatimu dan menguburkan jenazahmu".

Ia hanya tertawa dan berkata, "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disalati oleh Sultannya kaum muslimin, para ulama dan para wali."

Mendengar cerita itu, Sultan Murad IV pun menangis dan berkata, "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad. Besok pagi kita akan memandikannya, mensalatkannya dan menguburkannya."

Akhirnya prosesi penyelenggaraan jasad laki-laki mulia itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para wali Allah dan seluruh masyarakat.

Kisah ini mengajarkan kita untuk senantiasa berbuat baik dan tabayyun terhadap sesuatu. Hikmah lain adalah Allah Ta'ala tidak akan mengabaikan orang-orang yang berbuat baik dan berjihad dalam kebaikan. Sang Khalifah Sultan Murad juga memberi teladan yang baik dalam mengurus pemerintahan dan rakyatnya.