Pelabuhan Batu Ampar, Batam
TRANSKEPRI.COM.BATAM- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menargetkan delapan pelabuhan bisa masuk dalam sistem logistik nasional melalui National Logistic Ecosystem (NLE) tahun ini.
Delapan pelabuhan tersebut meliputi Pelabuhan Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Pelabuhan Patimban, Subang dan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Pelabuhan di Medan, dan Pelabuhan di Makassar.
"Kami sudah rapat di Jakarta minggu ini, dan kami sepakat bahwa ini sudah jalan, langsung kami upayakan tahun ini delapan pelabuhan di Indonesia kita juga masukkan sistem ini," ujarnya dalam konferensi pers peluncuran Batam Logistic Ecosystem (BLE), Kamis (18/3).
"Saya sudah bisikkan Bu Ani (Menteri Keuangan Sri Mulyani), kami nanti kaitkan juga dengan pelabuhan udara. Semua kami masuki, jadi sekali jalan dan tidak ada alasan tidak bisa sepanjang kita mau itu bisa," ujarnya.Selain pelabuhan, Luhut juga menargetkan sistem logistik terintegrasi itu bisa diterapkan pada bandar udara (bandara). Dengan demikian, investor yang masuk ke Indonesia mendapatkan kemudahan lantaran sistem logistik Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.
Ia mengatakan dengan sistem logistik yang terintegrasi itu diharapkan lebih efisien. Dengan demikian, sistem logistik di Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan selain mendorong efisiensi logistik, BLE juga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Batam. Pasalnya, sejak 2015 lalu pertumbuhan ekonomi Batam selalu berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
Padahal potensi ekonomi Batam sangat besar lantaran Batam berdekatan dengan Singapura yang merupakan hub perdagangan internasional.
"Kenapa Batam? Karena Batam adalah beranda paling depan, head to head (berhadapan) dengan negara tetangga kita, dan dalam hal ini Batam kinerja ekonominya menunjukkan kesulitan untuk tumbuh tinggi," jelasnya.
Ani, sapaan akrabnya menuturkan sistem logistik terintegrasi tersebut sudah berlaku secara umum di seluruh dunia. Oleh sebab itu, mau tidak mau Indonesia harus menyesuaikan.Secara singkat, bendahara negara menjelaskan kerja dari sistem logistik terintegrasi tersebut dapat memberitahukan informasi kapal yang akan merapat ke pelabuhan secara rinci.
Mulai jadwal kedatangan di pelabuhan, jadwal bongkar muat, kebutuhan angkutan logistik untuk distribusi, hingga informasi pengangkutan dari kawasan industri kembali ke pelabuhan untuk ekspor.
"Jadi, kalau Indonesia masih mikirnya kapal datang, lalu bea cukai periksa, BP Batam periksa, habis periksa masih buka-buka barang dilama-lamain, kenapa lama, oh dia minta sesuatu, bukan periksa, itu kan tidak lucu. Bahkan sebelum merapat pun sudah ditempel oleh berbagai instansi, ini juga tidak lucu," katanya. (tm)