Surat Sukarno kepada Ali Sastroamidjojo
Dari Gedung Agung, sebagai kantor presiden Sukarno ke rumah Yogyakarta
Desember 1948. Sukarno dan beberapa tokoh lain dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan ke India. Salah satu anggota dalam rombongan kenegaraan ini adalah Ali Sastroamidjojo, menteri Pendidikan dan Kebudayaan di kabinet Mohammad Hatta.
Dalam perkembangannya, terjadi perubahan formasi delegasi. Ali Sastroamidjojo adalah salah satu angota yang batal diikutkan.
"Pendapat bung Hatta bahwa saudara diperlukan sekali olehnya disini, maka terpaksa saya cabut kembali ajakan saya kemarin," tulis Sukarno kepada Ali Sastroamidjojo dalam surat bertitimangsa 16 Desember 1948.
Keberangkatan rombongan Sukarno ke India ini sebenarnya bagian yang sudah direncanakan oleh Dewan Siasat Militer beberapa bulan sebelumnya. Dewan Siasat Militer telah merumuskan bahwa India merupakan tempat beraktivitas pimpinan negara di luar negeri.
Alasan kunjungan kenegaraan dipakai untuk mengurangi kecurigaan Belanda. Hal tersebut disampaikan kepada Wakil India di Yogyakarta, Mr. Yunus, yang segera meneruskan kepada Perdana Menteri India. Nehru menyetujuinya dan mengirim pesawat terbang untuk menjemput Presiden Sukarno.
Sukarno yang semula akan mengikutsertakan Ali ke India, namun batal diajak, merasa tak enak hati. Dan melalui surat tersebut, Sukarno menyampaikan permintaan maafnya.
"Tetapi saya mengharap mendapat maaf dari saudara. Harap putih sama putih," tulis Sukarno di akhir suratnya.
Namun rencana membawa Sukarno ke India ini gagal. Pesawat jemputan dari India tersebut ditahan oleh Belanda di Jakarta dan dilarang menuju Yogyakarta. Akhirnya pada 19 Desember 1948, Belanda pun melancarkan Agresi Militer II, dan menangkap sejumah pemimpin termasuk Sukarno.*