Maket pembangunan Proyek IPAL oleh BP Batam di Bengkonglaut
TRANSKEPRI.COM.BATAM- Kota Batam selangkah lebih maju dibandingkan dari banyak kota besar lainnya di Indonesia dalam menyiapkan sebuah kota yang bersih dari dampak limbah domestik yang jika tidak dikelola dengan baik bakal memberikan dampak buruk terhadap keseimbangan ekosistem dan kualitas air baku dan air bersih yang ada di suatu daerah.
Jumat (29/01/21) kemaren, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, H Muhammad Rudi meninjau proyel IPAL yang tengah dibangun BP Batam di kawasan Bengkonglaut, Batam. Tidak lama lagi proyek ini segera berfungsi dan saat ini telah terkoneksi dengan sedikitnya 11.000 aliran pipa yang bersumber dari limbah domsetik perumahan warga, terutama di kawasan Bengkong dan Batam Center.
Apa itu IPAL dan seberapa pentingnya keberadaannya di suatu daerah?
IPAL adalah mekanisme memisah limbah kimia dan biologis dari air, sehingga aman untuk digunakan dalam beragam aktivitas.
IPAL merupakan singkatan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah, biasa juga dikenal dengan istilah wasterwater treatment plant atau WWTP.
Dalam skala sangat paling kecil sistem pengolahan air ini biasa digunakan dalam proses pembangungan septic tank, untuk water closet (WC). Dimana fungsi media ini adalah meningkatkan kualitas air buangan meski sebelumnya tercemar limbah biologis manusia, dan kimia rumah tangga lainnya.
Nah, selain digunakan dalam skala kecil (rumah tangga), fasilitas IPAL juga sering dibangun untuk kebutuhan bersama-sama. Media ini biasa dikenal dengan istilah komunal, dengan kebutuhan pengolahan air berskala besar.
Seperti tikutip dari WIKIPEDIA, IPAL merupakan rangkaian pengolahan air kotor (tercemar) menjadi air bersih siap untuk digunakan. Biasanya fasilitas ini digunakan untuk beragam kebutuhan seperti industri, pertanian dan perkotaan, berikut diantaranya :
IPAL Pertanian. Industri pertanian dan peternakan merupakan aktivitas yang tak luput dari proses pembuangan limbah. Pada aktivitas peternakan, air bersih kerap mudah tercemar bahan pestisida. Sementara dari aktivitas peternakan, kotoran hewan kerap menjadi faktor pencemaran yang muncul.
IPAL Perkotaan. Aktivitas manusia kerap menjadi sumber pencemaran air di sekitar, beberapa jenis limbah yang dihasilkan diantaranya kotoran manusia, dan limbah rumah tangga dari aktivitas mencuci dan sebagainya.
Sistem pengolahan air juga menangani risiko pencemaran yang terjadi di sekitar kawasan tempat pembuangan akhir. Dimana beragam sampah yang terkumpul kerap mengeluarkan risiko pencemaran yang sangat besar terhadap sumber air sekitar.
IPAL Industri. Bukan lagi hal baru, aktivitas industri kerap meningkatkan risiko pencemaran lingkungan dari limbah yang terbuang. Tanpa penanganan yang tepat, pencemaran ini akan menurunkan kualitas air sekitar sehingga tidak layak untuk digunakan. Karena limbah biologis dan kimia kerap menjadi permasalahan dari aktivitas ini.
Karena menangani limbah berbeda satu dengan yang lain, fasilitas pengolahan ini kerap dibedakan berdasarkan fungsi dan kegunaan. Meski dengan satu tujuan, mengembalikan kualitas air lebih layak untuk digunakan, bebas dari risidu pencemaran.
Pentingnya IPAL dan Kesadaran Lingkungan Sehat
Sudah bukan hal baru, Air merupakan elemen penting dalam aktivitas mahkluk hidup, termasuk manusia. Keberadaan sumber air yang buruk kerap berpengaruh pada kelangsungan hidup, karena ancaman beragam jenis penyakit dampak pencemaran air.
Nah untuk menghindari hal tersebut, dibutuhkan sistem pengolahan air terpadu. Mengingat sebagian besar sumber air di dunia, termasuk di Indonesia mengalami pencemaran. Terlebih tak sedikit masyarakat Indonesia masing memanfaatkan sumber air tanah (sumur).
Disamping aktivitas manusia secara individual, kegiatan industri dan sebagainya juga tak luput dari produksi polutan yang dapat menurunkan kualitas sumber air.
IPAL merupakan aktivitas yang dilakukan melalui beberapa tahap proses pengolahan air. Diantaranya sistem pengolahan limbah, saluran perpipaan yang aman untuk menghantar limbah pada media pengolahan, dan sistem saluran air bersih setelah mengalami proses penjernihan.
Lalu apa jadinya sistem pembuangan limbah tanpa IPAL ?
Dalam setiap aktivitas manusia, proses pembuangan limbah kerap tak bisa terpisahkan. Mulai dari limbah biologis, sisa sabun dari aktivitas sanitasi, hingga limbah padat dan sampah kerap terbuang setiap harinya.
Secara industri, limbah yang terbuang lebih besar dan komplek, tak hanya limbah biologis, limbah kimia juga kerap terbuang dan mengancam lingkungan hidup, terlebih kualitas sumber air sekitar. Jenis limbah ini tak bisa dibuang sembarangan, atau setidaknya harus melalui proses pengolahan (penjernihan air) terlebih dahulu.
Tanpa sistem pengolahan yang baik yang memadai, ada beberapa dampak merugikan yang bisa dirasakan, berikut beberapa diantaranya :
Dampak Kesehatan. Dapat dibayangkan bagaimana aktivitas setiap hari bersinggungan dengan air yang tercemar bakteri, kuman, bahkan virus berbahaya. Beberapa macam jenis penyakit bisa jadi hal yang mungkin akan jadi ancaman kedepan.
Limbah biologi manusia pada dasarnya mengandung bakteri E-Coli, yang jika terpapar (terkonsumsi) akan meningkatkan risiko munculnya beragam penyakit. Seperti diare, masalah pencernaan, typhus, kolera dan sebagainya.
Jenis penyakit tersebut belum termasuk paparan limbah kimia berbahaya yang dapat mengundang datangnya beragam jenis penyakit lebih berat, seperti kanker tumor dan sejenisnya. Kontak bakteri sering terjadi dari aktivitas bersih-bersih, mandi dan sebagainya.
Dampak bagi Lingkungan. Limbah kimia dari deterjen dan sabun kerap mempengaruhi tingkat keasaman dan pH tanah. Ini artinya ancaman bagi kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan sekitar (Seperti ikan di sungai dan sebagainya).
Dalam jangka panjang, tanpa penanganan yang tepat hal ini akan menjadi bencana rusaknya ekologi secara keseluruhan. Menjadi lingkungan kuran sehat dan sangat berbahaya untuk ditinggali oleh semua jenis mahkluk hidup.
Dampak Estetika. Limbah yang terbuang tanpa sistem pengolahan yang baik akan membuat lingkungan kurang sedap dipandang. Selain itu, kondisi bau yang menyebar dimana-mana membuat tempat tinggal terasa kurang nyaman untuk ditinggali.
Hal ini tentu saja akan lebih buruk jika ditambah penelantaran limbah padat yang tidak terbuang pada tempatnya. Tak hanya pencemaran air, kondisi berantakan juga membuat pencemaran estetika, alias kurang enak dilihat. (tm)