Ilustrasi: Penyelam saat mencari jasad dan serpihan pesawat Sriwijaya Air
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Puluhan tim penyelam di bawah Badan SAR Nasional (Basarnas) melanjutkan pencarian korban penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Menurut salah satu anggota penyelam, Bayu Wardoyo, hasil temuan mereka untuk puing pesawat saat ini identik dengan kejadian jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dua tahun lalu, pada Oktober 2018.
"Kondisinya boleh dibilang sangat mirip dengan Lion Air," kata Bayu yang merupakan anggota Indonesia Divers Rescue Team (IDRT) ini saat ditemui di KN SAR WISNU milik Basarnas di lokasi evakuasi, perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Senin, 11 Januari 2021.
Sebelumnya, pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu siang, 9 Januari 2021. Pesawat ini membawa 62 penumpang termasuk kru, terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten, menuju Pontianak, Jakarta Barat.
Bayu mengatakan bahwa kesamaan tersebut salah satunya karena puing pesawat yang ditemukan sudah terpisah dalam bagian yang kecil-kecil. Lalu, hasil temuan ini didapat pada kedalaman 20 meter. Ini lebih dangkal dari Lion Air yang sekitar 30 meter.
Bayu menduga, kesamaan kondisi ini terjadi karena lokasi jatuhnya Sriwijaya Air tidak terlalu jauh dengan Lion Air. Sriwijaya di arah barat di perairan Kepulauan Seribu, dan Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat.
Kondisi yang berbeda, kata Bayu, terjadi saat jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 pada 30 Desember 2014. Saat itu, pesawat jatuh di Laut Jawa, sekitar Selat Karimata. "Waktu Air Asia potongan pesawat jauh lebih utuh," kata dia
Bayu mengetahui perbedaan ini karena sudah menjadi tim penyelam di tiga kejadian tersebut. Kejadian pada pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini, adalah kali ketiga bagi Bayu menjadi tim penyelam membantu Basarnas. (tm)