Sejumlah paket Bansos bantuan Kemensos
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Menteri Sosial Juliari Batubara telah ditetapkan menjadi tersangka atas kasus dugaan suap pengadaan bansos COVID-19 untuk Jabodetabek. Juliari diduga minta fee Rp 10 ribu dari nilai Rp 300 ribu per paket bansos sembako.
Kabar ini membuat geram Yuniati (48), seorang warga Cilebut, Kabupaten Bogor. Pasalnya, dia jadi teringat sejumlah paket bansos yang datang ke rumahnya. Yuniati mengaku telah menerima bansos sebanyak tiga kali dari pemerintah.
Dari bantuan tersebut, beberapa barang dalam paket sembako memiliki kualitas jelek. Salah satunya ikan sarden yang saat hendak dimasak, hanya berisi satu sendok daging dan sisanya kuah sarden yang lebih encer dari sarden biasa dia beli di warung atau minimarket. Dia menyebut, sarden dari bansos mereknya Nikimura dengan berat 115 gram.
"Dari sarden kaleng kecil yang dibagikan, pas dituang ke wadah, isi ikannya hanya 1 sendok makan. Sisanya kuah tapi encer banget kayak air," kata Yuniati kepada kumparan, Minggu (6/12).
Dari empat kaleng sarden berukuran kecil yang didapatnya, dia hanya memasak dua kaleng setelah anak-anaknya mengaku kurang suka dengan rasanya. Dua kaleng sisanya dia berikan kepada kucing.
Tak hanya Yuniati yang mengeluh soal kualitas ikan sarden dalam paket bansos. Siti Julia (36) juga mengaku sarden yang diberikan pemerintah itu tidak dimasak semuanya karena rasanya yang aneh dan kuahnya yang terlalu encer.
Sarden-sarden tersebut, menurutnya, bukanlah merek yang biasa dijumpai di warung atau minimarket. "Biasanya kita beli sarden tuh isi dagingnya enak walaupun kaleng kecil, kuahnya enggak encer kayak di bansos kemarin," terangnya.
Selain sarden, Yuniati dan Siti Julia juga mendapatkan sejumlah kebutuhan pokok lainnya seperti beras, gula, minyak goreng, kornet, dan telur ayam. Tapi, isi bansos pada paket kedua dan ketiga jauh berkurang dibandingkan bansos pertama.
"Waktu bansos pertama dapat beras 10 kilo, yang kemarin cuma 5 kilo. Telur pun enggak dapet, sebelumnya di awal dapat telor 30 biji mungkin sekitar 2 kilo," katanya.
*Sarden Bansos Ramai Dikeluhkan Netizen
Persoalan kualitas sarden bansos juga pernah diungkapkan oleh akun @joditside di Twitter. Dalam cuitannya, dia menyebut keluarga kurang mampu di lingkungan rumahnya mengeluh rasa sarden atau kornet yang didapat dari bansos aneh.
Cuitan @joditside direspons oleh @Kafikh1 yang mengaku sarden bansos di rumah neneknya malah sudah kadaluarsa. Sementara akun @luqmanhae yang menyebut sarden bansos tidak memiliki tanggal kadaluarsa dan BOPM.
Selain penerima bansos sembako, pihak yang diberikan tender oleh pemerintah juga mengeluh. Hal ini pernah diungkapkan akun @ayumartiana_ di Twitter.
"Perkara tender bansos yg diminta sarden, tapi gue dapetnya harga cornet. Lah? Emak gue ngotot suruh masukin cornet aja sampe ngurat. Saking kesel gue jawab aja "Yaa mama disuruh bos cari gula, dapet nya garem, mama tetep beli gak?" tulis dia pada 16 Juni 2020.
* Mensos Klaim Audit Ketat Vendor Penyedia Komoditas Bansos Sembako
Lima bulan sebelum menjadi tersangka atas dugaan suap pengadaan paket sembako, Mensos Juliari Batubara mengklaim pihaknya mengaudit ketat vendor penyedia komoditas untuk bansos ini.
Audit ketat dilakukan untuk memastikan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) penerima bantuan tepat harga dan tepat kualitas. Dari pemantauan di lapangan, bila ditemukan kasus dipastikan langsung diproses.
Pada prinsipnya, kata Mensos Juliari, Kemensos memastikan setiap penggunaan anggaran bisa dipertanggungjawabkan dan diawasi melalui mekanisme dan ketentuan yang berlaku. Di internal, Kemensos mengaktifkan pengawasan internal melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
“Kami melakukan audit dan monitoring secara intensif dan sistematis terhadap vendor penyedia komoditas sembako. Termasuk memproses laporan dari lapangan yang terkait vendor yang mungkin mengirimkan item komoditas yang tidak sesuai,” kata Juliari pada 14 Juli 2020. (tm)