Amsakar Achmad (kiri) bersama penulis (tengah) saat melaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, Mekkah tahun 2019 lalu
Oleh: Aldi Samjaya Caniago
Saat memasuki salah satu kafe di bilangan Batam Centre, tanpa sengaja saya bertemu Amsakar Achmad, petahana Wakil Wali Kota Batam. Amsakar Achmad saat ini diketahui juga maju dalam kontestasi Pilkada Batam 2020.
"Apa acara bang, santai betul tampak?, demikian saya menyapa Amsakar yang saat itu didampingi seorang temannya.
"Baru selesai menghadiri kegiatan warga dan ini sebentar lagi mau lanjut ke lokasi lain dinda," ujar Amsakar menjawab pertanyaan saya.
Kemudian tak lupa saya juga bertanya perihal raihan suara Amsakar bersama pasangan wali kotanya, H Muhammad Rudi, yakni berdasarkan hasil survei dari beberapa lembaga survei.
"Alhamdulilah, survei awal November, posisi Rudi-Amsakar sudah di atas 80 persen. Mudahan terus naik dan survei terakhir akan keluar dalam beberapa minggu ke depan," jawab Amsakar sembari menyebut dua nama lembaga survei yang sudah familier di kancah nasional.
Bercerita perihal sosok Amsakar Achmad. Saya sedikit-banyak, mengenal pria kelahiran Sungai Buluh, Singkep Barat, Kabupaten Lingga, 52 tahun yang lalu ini.
Hampir dua bulan saya bersama beliau, tergabung dalam Kloter 28 Jemaah Haji Kota Batam 2019. Dan waktu itu Amsakar juga bertindak sebagai Amirul Hajj atau pimpinan Jemaah Haji Batam. Bahkan yang membuat saya semakin mengenal beliau, karena kami ditempatkan di kamar yang sama dengan dua orang Jemaah Haji Kloter 28 lainnya.
Sehingga tidak berlebihan jika saya menyimpulkan, Amsakar Achmad adalah sosok pemimpin yang baik, sederhana, cerdas dan banyak lagi kelebihan beliau yang saya juga banyak mengambil pelajaran darinya.
Ada cerita menarik saat kami bersama rombongan Kloter 28, berangkat ke Ta'if, salah satu kota yang ada di Provinsi Mekkah.
Saat kami berada di salah satu lokasi penjual Madu Lebah asli yang disebut memiliki kualitas nomor satu, tanpa pikir panjang, Amsakar langsung membeli Madu tersebut. Saat itu Amsakar tidak hanya membeli satu kotak, tapi lumayan banyak.
"Bang, banyak kali Madunya, nanti gimana bawanya?, kan jumlah barang bawaan jemaah di pesawat dibatasi. Apalagi ini benda cair. Nanti mudah tumpah," demikian saya mengingatkan beliau.
Ternyata betul, saat sampai di hotel di Kota Mekkah, sejumlah Madu yang dibeli tersebut, sebelum sempat dirapikan, tumpah tidak karuan.
"Betul awak bilang dinda, maunya tadi tak payah dibeli dulu, apalagi dari Mekkah mesti ke Madinah lagi," ujar Amsakar dengan raut wajah kecewa.
Terakhir saya baru tahu, ternyata madu asli dan terbaik dari kota Ta'if tersebut dibeli Amsakar, nantinya sampai di Batam akan diberikan buat Wali Kota Batam, H Muhammad Rudi para tetangga dan kerabat dekat.
"Tak apalah bang, walaupun Madu terbaik dari Kota Ta'if itu tak sampai ke tangan Pak Wali, para tetangga dan kerabat dekat, tapi Allah sudah mencatat niat abang," ujar saya menghibur Amsakar.
Dalam hati saya mengaku bangga atas kepedulian Amsakar yang saat berada di tanah suci, tetap berpikir bisa memberikan bingkisan terbaik untuk orang terdekat dan para kerabatnya.
Kemudian tentang kesederhanaan selama di tanah suci. Untuk kelas Wakil Wali Kota Batam dan memiliki kapasitas sebagai Amirul Hajj, banyak tentunya fasilitas yang bisa dimanfaatkan Amsakar.
Sangat gampang bagi Amsakar untuk berprilaku konsumtif, menikmati menu makananan yang lebih wah dan setiap saat bisa menghabiskan waktu menginap di hotel berbintang. Tapi hal itu, saya lihat tidak dia lakukan.
Dan bahkan kenyataan bahwa beliau harus mencuci pakaian sendiri, merupakan pemandangan yang sering saya saksikan selama berada di tanah suci.
"Dulu waktu kuliah di UNRI dan indekos di Pekanbaru, saye sudah terbiasa cuci baju dan masak sendiri. Jadi tak heranlah kalau nak cuci baju kat sini," ujar Amsakar dengan logat melayunya yang kental.
Kemudian bicara tentang kecerdasan. Harus saya akui bahwa Amsakar merupakan figur yang cerdas. Tidak hanya cerdas, beliau juga termasuk jago dalam berdiplomasi. Banyak urusan Pemko Batam yang berhubungan dengan pemerintah pusat, Amsakar selalu berada paling terdepan untuk urusan diplomasi.
Kebetulan beberapa kali saya bereng beliau dalam urusan yang sama di Jakarta. Pernah dalam rapat di Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian dan hearing di Kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI) di Jakarta yaitu membahas permasalahan kelembagaan Badan Pengusahaan (BP) Batam dan status Wali Kota Batam menjadi ex-officio Kepala BP Batam. Saya yang waktu itu hadir mewakili Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Batam, menyaksikan bagaimana kepiawaian seorang Amsakar berdiplomasi.
Dengan argumentasi logis, yuridis, serta faktual yang disampaikannya secara sistematis, semakin menguatkan saya, bahwa Amsakar adalah sosok yang tidak hanya cerdas, tapi juga pintar berdiplomasi.
Dan Alhamdulillah berkat kerja keras banyak pihak juga tentunya, status ex-officio Wali Kota Batam sekaligus menjabat Kepala BP Batam, akhirnya disetujui oleh Presiden Jokowi.
Sehingga, dari rangkain pengalaman yang pernah saya saksikan dan alami sendiri atas sosok Amsakar, sangat beralasan jika seorang Muhammad Rudi masih kukuh berpasangan dengan Amsakar Achmad di periode kedua kepemimpinannya.
"Pak Rudi dan Bang Amsakar harus bangga, di saat banyak pasangan incumbent kepala daerah yang pecah kongsi pada periode kedua kepemimpinannya. Tapi Rudi-Amsakar tetap melanjutkan bersama. Ini pointnya tinggi di hadapan masyarakat Batam bang," ucap saya kepada Amsakar sembari memberikan penilaian atas harmonisasi Rudi-Amsakar selama periode pertama duet kepemimpinan mereka di kota yang berpenduduk lebih dari 1,375 Juta jiwa ini.***