Gunung Merapi saat erupsi
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Sejak status Gunung Merapi dinaikkan menjadi Siaga (level III) warga di lereng Merapi khususnya Padukuhan Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan mulai mengevakuasi ternak. Tak sedikit warga yang memutuskan untuk menjual ternak mereka.
Kepala Dukuh Kalitengah Lor Suwondo menjelaskan sejak kenaikan status Merapi sudah banyak belantik yang masuk wilayahnya. Beberapa warga pun akhirnya menjual ternaknya yang berupa sapi kepada belantik tersebut.
"Belantik sudah banyak yang naik. Beberapa warga juga sudah ada yang menjual sapinya," kata Suwondo saat ditemui di kandang sapi komunal Padukuhan Singlar, Glagaharjo, Cangkringan, Minggu (15/11/2020).
"Rata-rata dari Jawa Tengah, dari Boyolali dan Klaten. Kalau harga itu masih di bawah harga normal tapi tidak terlalu jauh," ungkapnya.Suwondo menjelaskan belantik yang datang rata-rata berasal dari Jawa Tengah, seperti Boyolali dan Klaten. Kebanyakan harga yang ditawarkan ke warga memang lebih murah dibandingkan harga pasaran.
Dari informasi yang Suwondo terima, rata-rata warga menjual sapi dari mulai belasan juta hingga puluhan juta.
"Ada yang Rp 18 juta ada yang sampai Rp 24 juta. Tergantung jenisnya," sebutnya.
"Warga kan ada yang repot jika harus bolak-balik dari rumah ke kandang komunal. Selain itu ada juga warga yang tidak bisa mengendarai motor," paparnya.Suwondo menduga alasan warga menjual sapi karena khawatir dengan kondisi Merapi saat ini. Selain itu, masih banyak warga yang kesulitan untuk memberi makan ternaknya jika dipindahkan ke kandang komunal.
Sementara itu, Panewu Cangkringan Suparmono meminta kepada dinas terkait agar bisa memfasilitasi warga yang hendak menjual ternak. Sebab, dalam kondisi darurat seperti ini, dia khawatir harga jual ternak akan jatuh.
"Kami kemarin sudah diskusi tapi tentu kewenangan ada di dinas. Bisa tidak pemerintah memfasilitasi yang jual ternak. Kalau diserahkan kepada mekanisme pasar dan dalam kondisi darurat pasti harganya jatuh," kata Suparmono.(tm)