Rupiah hari ini tertekan ke level Rp14.122 per dolar Amerika Serikat. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa kesepakatan dagang dengan China harus menunggu sesudah Pemilu AS pada November 2020, menambah ketidakpastian dagang global. Hal ini membuat investor terus berpegang pada aset safe haven, yen Jepang dan franc Swiss.
Keuntungan aset safe haven menekan mata uang emerging market, termasuk rupiah. Data Bloomberg mencatat kurs rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (4/12/2019), tertekan 7 poin atau 0,05% ke Rp14.122 per USD. Selasa lalu, rupiah pulang menguat ke Rp14.115 per USD.
Hal sama terpantau di Yahoo Finance. Mata uang kecintaan kita terkapar 20 poin atau 0,14% menjadi Rp14.120 per USD, berbanding penutupan Selasa kemarin yang menguat di Rp14.100 per USD.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok kurs tengah rupiah di Rp14.125 per USD, menguat 5 poin dibanding posisi Rp14.130 per USD pada Selasa kemarin.
"Pernyataan Trump soal "tidak memiliki deadline" untuk perjanjian dengan China telah melemahkan sentimen pasar keuangan. Karena gesekan perdagangan dapat makin melemahkan perekonomian global," ujar Takuya Kanda, general manager Gaitame.com Research Institute di Tokyo.
Investor pun memilih melepas dolar AS dan membeli mata uang Jepang dan Swiss, selama masa ketidakpastian ini. Melansir dari Reuters, Rabu (4/12/2019), indeks USD terhadap enam mata uang utama melemah ke 97,737.
Hasil tersebut membuat yen Jepang berdiri kokoh di 108,54 melawan dolar AS, mendekati level terkuat sejak 22 November. Franc Swiss menguat di level 0,9875 melawan dolar AS, mendekati level tertinggi sejak 4 November. (ssb/sindonews.com)