Goro Pembuatan Tempat Penyemaian Jahe Merah
TRANSKEPRI.COM.SELATPANJANG - Baru saja dilantik, Selasa (3/11) malam, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Meranti, Riau langsung tancap gas menggelar kegiatan.
Pada, Ahad (8/11/2020) pagi, mereka kembali melaksanakan goro membangun tempat penyemaian jahe merah, salah satu program yang digadang-gadangkan sebagai upaya meningkatkan perekonomian pengurus, anggota dan simpatisan.
Ketua PWI Kepulauan Meranti, Syamsidir Salim mengatakan, program kebun jahe tidak bisa ditunda, karena bibit jahe merah bantuan dari Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Eko Wimpiyanto Hardjito SIK, sudah tiba, Sabtu (7/11/2020) petang. Dia khawatir rimpang jahe tersebut akan membusuk jika tidak segera disemai. Apalagi sebagiannya sudah pula bertunas.
"Saya juga tidak mau kehilangan kepercayaan dari mitra yang selalu siap membantu. Makanya, walaupun penat kegiatan pelantikan kemarin belum hilang, harus kita tahan demi mewujudkan masa depan yang lebih baik. Dan,
terima kasih Pak Kapolres, mudah-mudahan penyemaian yang kami lakukan berhasil dan kebun jahe merah yang kami programkan juga mendapatkan hasil yang sangat memuaskan," ucapnya sembari memilah-milah bibit jahe yang beberapa diantaranya sudah membusuk.
Mengingat sebagian besar dari bibit jahe merah tersebut sudah mulai mengeluarkan tunas, kata Syamsidir, maka langkah efektif yang harus dilakukan adalah dengan membuat tempat penyemaian dari papan. Kemudian diisi dengan campuran arang sekam, serbuk papan dan kotoran sapi. Setelah tiga hari dibiarkan, barulah bibit jahe merah itu disemai.
Selain lebih mudah karena tidak perlu mengolah tanah, pola penyemaian seperti ini dipilih mengingat kesibukan mereka sebagai wartawan yang sehari-hari harus membuat berita. "Kalau tempat penyemaian harus dibuat dengan cara mencangkul tanah untuk membuat bedengan atau gelombang, saya yakin akan memakan waktu lama. Makanya kita harus pilih cara yang mudah dan praktis agar bibit dapat segera disemai dan kita tidak perlu capek-capek mengolah lahan," ucap pria yang akrab disapa Atan tersebut.
Begitu juga dengan penanaman. Mereka lebih memilih menggunakan polybag dari pada media tanah. Setelah memasuki usia satu setengah bulan atau dengan tinggi sekitar 20-30 Cm, bibit jahe tersebut akan dipindahkan ke dalam media karung berukuran 25 Kg yang sudah disiapkan.
Menurut dia, proses penyemaian hingga pemindahan ke polybag juga harus dilakukan sesuai aturan tanam. Yang paling sulit adalah perawatannya. Jika perawatan baik, maka hasilnya juga akan baik.
Untuk tahap penyemaian bibit maupun penanaman, saat ini mereka harus menumpang di "lahan tidur" milik Pemda Meranti yang berada di sebelah kantor PWI Jalan Durian, Kelurahan Selatpanjang Kota. Kebijakan ini juga sudah disetujui bupati ketika disampaikan secara lisan sewaktu silaturahmi pengurus PWI di kediamannya beberapa waktu lalu. Namun, mereka juga tetap akan menyurati bidang aset tentang pinjam pakai lahan.
Pada lahan tersebut ditargetkan bisa ditanam 1000 polybag. Jika berhasil, kedepannya barulah akan dikembangkan dengan memanfaatkan lahan masyarakat yang mau diajak kerjasama, seperti tiga titik di Desa Banglas dan satu titik lagi di Desa Tenan Kecamatan Tebingtinggi Barat yang luasnya mencapai 6 hektar.
"Jadi, kedepannya akan ada kebun jahe PWI blok Durian, blok Banglas dan blok Tenan. Mudah-mudahan bibit jadi semua dan tidak ada masalah. Selain itu, kita berharap ada mitra lainnya yang mau membantu, paling tidak mereka bantu mengolah lahan yang masih semak belukar," pungkas Atan.
Untuk mengurus kebun jahe itu pihaknya juga sudah menunjuk beberapa orang pengurus yang dipercaya sebagai kepala kebun, pengawas lapangan dan pelaksana harian yang tugasnya merawat dan melakukan penyiraman hingga masa panen tiba. Dengan begitu, maka dia yakin akan lebih fokus hingga masa panen.
"Kalau ingin mendapatkan hasil yang maksimal, maka kerjanya juga harus fokus. Karena selain jahe merah kita juga akan menanam 1000 bibit anting putri di lahan yang akan dihibahkan oleh pemda kepada PWI. Selain harga jualnya sangat tinggi, anting putri dinilai lebih cocok di lahan tersebut karena lembah dan kerap terendam banjir.
Sementara itu, Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Eko Wimpiyanto Hardjito SIK, mengungkapkan bahwa dengan bantuan jahe dari progam jaga kampung tersebut setidaknya PWI bisa mengoptimalkan lahan tidur agar lebih bermanfaat.
"PWI bisa menggelorakan jaga kampung dan langsung berpartisipasi dengan mengelola jahe. Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan perekonomian. Gelorakan dan pemanfaatan lahan tidur untuk meningkat kesejahteraan," ujarnya.
Dijelaskan kapolres, program ini juga dalam rangka pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada, khususnya pertanian untuk menjaga ketahanan pangan, membangun ekonomi dan meningkatkan produktivitas masyarakat.
"Karena pandemi Covid-19 bukan hanya berdampak terhadap kesehatan masyarakat, tapi juga menyasar sektor kehidupan lainnya seperti melemahnya ekonomi dan menurunnya produktivitas masyarakat," ungkapnya. (004)