Bank Indonesia.
Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh Kuat pada Kuartal IV 2019
TRANSKEPRI.COM, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan perekonomian Indonesia masih akan tumbuh kuat pada kuartal IV tahun ini. Proyeksi ini dibuat berdasarkan pola musiman yang sejalan dengan kebijakan fiskal yang ekspansif.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengungkap hingga saat ini perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan. Padahal, perekonomian global tengah tertekan.
Tercatat, pertumbuhan PDB pada triwulan III/2019 stabil sebesar 5,02 persen (YoY). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut sedikit melambat dari capaian kuartal sebelumnya yang masih bisa mencapai 5,05 persen (YoY).
"Konsumsi rumah tangga menopang daya tahan pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (2/12/2019).
Onny menambahkan investasi bangunan juga tetap tumbuh sejalan dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional. Sementara itu, perbaikan ekspor belum kuat akibat permintaan dan harga komoditas global yang menurun, yang kemudian berpengaruh pada menurunnya impor dan melemahnya investasi nonbangunan.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat di berbagai wilayah, dan pertumbuhan investasi yang tetap baik terkait proyek strategis nasional di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa.
Kinerja ekspor di beberapa daerah membaik, termasuk ekspor manufaktur seperti otomotif dari Jawa dan besi baja dari Sulawesi. Kondisi perekonomian Indonesia masih dibebani oleh berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-China. Ketegangan dua negara ini telah berdampak pada ekonomi dunia 2019 yang terus melambat.
Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan turun dari 3,6 persen pada 2018 menjadi 3 persen pada 2019.
Di Amerika Serikat, perang dagang telah menurunkan pertumbuhan ekonomi dari 2,9 persen pada 2018 menjadi 2,3 persen pada 2019. Penurunan ini terjadi karena ekspor yang tertekan dan berdampak pada permintaan domestik.
Kinerja ekspor dan investasi tengah menurun, terdampak pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan menurun dari 6,6 persen pada 2018 menjadi sekitar 6,2 persen pada 2019. Pertumbuhan ekonomi di Eropa, Jepang, India, dan banyak negara juga mengalami tekanan.
"Pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga dan ekspansi neraca bank sentral di berbagai negara belum mampu mencegah perlambatan ekonomi dunia," jelas Onny.
Di pasar keuangan global, perkembangan terkini mengindikasikan ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda sehingga aliran masuk modal asing ke negara berkembang terus berlanjut.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi sedikit membaik, meskipun risiko ketegangan hubungan dagang AS-China dan kondisi geopolitik perlu terus dicermati karena dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing.
Sumber: CNN Indonesia, batamtoday.com