Tim BLC Lepri-Batam melakukan sosialisasi terkait Corona
TRANSKEPRI.COM.BATAM- Di bawah instruksi Gugus Tugas Covid-19 Kepri, Tim Bersatu Lawan Covid-19 Kepri-Batam terus bergerak melaksanakan program melawan Covid-19 di tengah masyarakat. Fokus kegiatan berkisar pada pembagian masker, sosialisasi dan trauma healing/edukasi berupa pendampingan psikis masyarakat.
Ketua Tim Bersatu Lawan Covid-19 (BLC) Kepri-Batam Buralimar menyebutkan program tim
BLC Kepri-Batam saat ini adalah melakukan kunjungan rutin ke lapangan. Kegiatan tahap awal
adalah membagikan masker gratis dan melakukan pendampingan untuk masyarakat.
"Kami membagi dua tim setiap harinya untuk hadir di tengah masyarakat. Terutama dalam
memberikan sosialisasi dan informasi serta edukasi mengenai Covid-19 dan penanganannya,"
tutur Buralimar saat memantau tim BLC Kepri-Batam yang turun di perumahan Taman Raya 2
dan Perumahan Pondok Graha Batam Tanjungpiayu, Sabtu (4/7).
dr. Ari Geusterhy Andry Panjaitan dan dr Frianto Ismail yang memberikan informasi dan edukasi ke masyarakat di sambut antusias dengan banyak pertanyaan, terutama dari kaum ibu-ibu. Pertanyaan para ibu tersebut mulai dari gejala-gejala umum, penanganan pada bayi dan anak, sampai pada kecemasan pada rapid test dan PCR (swab).
dr Ary menyebutkan ciri-ciri awal Covid-19 yang perlu diwaspadai seperti demam 38 derajat
batuk kering tak kunjung sembuh, nyeri sendi, muntah, lemes, diare hingga hilang indra perasa.
"Jika masyarakat mendapatkan ciri-ciri seperti ini, langsung lakukan isolasi mandiri dan makan makanan bergizi, minum banyak air putih, vitamin, dan olahraga selama 12 hari. Jika gejalamasih ada setelah itu baru ke rumah sakit melakukan test rapid," jelas dr. Ary.
dr.Frianto Ismail menegaskan bahwa rapid test tidak perlu ditakuti. Karena hasil rapid bukan
untuk menentukan seseorang terpapar Covid-19.
Rapid test hanya memperlihatkan hasil awal bahwa tubuh seseorang terserang virus dengan
hasil reaktif atau non-reaktif.
Untuk menentukan jenis virusnya harus dilakukan test PCR
(Polymerase Chain Reaction) swab test. Menurut dr Anto, Covid -19 yang berbahaya adalah penyebarannya yang sangat cepat dan bahkan tanpa gejala. Apabila seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah, dan yang
mempunyai penyakit bawaan seperti ginjal, jantung, diabetes dan lainnya akan mudah
terserang Covid-19.
Di beberapa rumah sakit (RS) rujukan untuk kasus Corona, jelasnya data menunjukkan
memang sebagian besar pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta. Namun, lanjut
dr.Anto, ada informasi terbaru yang dia peroleh dari Direktur Utama RSUP Persahabatan, dr
Rita Rogayah, SpP(K), MARS, mengatakan pada bulan April lalu ada 76 pasien Corona
meninggal dari total 205 pasien di rumah sakitnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 pasien
(86 persen) yang meninggal memiliki penyakit penyerta sementara 11 pasien (14 persen)
lainnya tanpa komorbid (penyakit penyerta).
“Oleh karena itu kita harus tetap waspada akan bahaya dari Covid-19. Kita tidak boleh terlalu
takut dan panik dengan Covid-19 meski vaksinnya belum ditemukan karena ini virus baru. Tapi
kita perlu waspada juga akan bahaya Covid-19 ini. Karena sudah ada kasus yang ditemukan
pasien meninggal tanpa penyakit penyerta. Maka itu, kita harus bertekad bersama memutus
mata rantai penyebarannya, menerapakan protokol kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat," ajaknya. (tm)