Facebook Mulai Ditinggalkan Pemasang Iklan, Ini Sebabnya

Selasa, 30 Juni 2020

Media sosial Facebook

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Seminggu belakangan ini, Facebook menghadapi serangan boikot dari beberapa pengiklan besar. Boikot ini merupakan bagian dari kampanye 'Stop Hate for Profit' yang mengklaim Facebook tidak cukup serius dalam menghapus konten rasis dan penuh kebencian di platform-nya.

Perusahaan yang memutuskan untuk tidak lagi beriklan di Facebook terbilang besar, seperti Coca-Cola, Unilever, Starbucks, Adidas, HP dan Ford. Kehilangan pengiklan sebesar dan sebanyak ini, apakah bisnis Facebook bisa hancur?

Sampai Jumat pekan lalu saja, nilai saham Facebook melorot 8% dan membuat kekayaan sang pendiri Mark Zuckerberg anjlok USD 7,3 miliar. Jika dibiarkan, bisnis Facebook bisa lebih goyang lagi. Namun pihak Facebook optimistis bisa lewat dari ancaman bisnis ini, karena beberapa faktor.Dikutip detikINET dari BBC, Selasa (30/6/2020) David Cummings dari Aviva Investors mengatakan hal ini bisa saja melukai Facebook mengingat iklan merupakan sumber pemasukan terbesar mereka. Jika pengiklan mulai kehilangan kepercayaan dan merasa Facebook tidak memiliki kode moral, bisa saja bisnis mereka hancur.

Pertama, banyak perusahaan besar yang memboikot Facebook hanya pada bulan Juli. Kedua, pendapatan Facebook dari iklan sebagian besar datang dari bisnis kecil dan menengah.

Laporan CNN menyebutkan 100 merek yang paling banyak mengeluarkan uang untuk beriklan di Facebook menghabiskan USD 4,2 miliar. Jika dibandingkan dengan keseluruhan pendapatan Facebook yang didapatkan dari iklan, kontribusinya hanya 6%.

Hingga saat ini sebagian besar perusahaan kecil dan menengah ini belum bergabung mengikuti boikot. Head of Strategy Digital Whiskey, Mat Morrison mengatakan bisnis kecil dan menengah ini tidak bisa berhenti beriklan di Facebook.

Sebabnya bisnis kecil ini tidak memiliki modal untuk beriklan di TV atau media lainnya. Jadi iklan di Facebook yang lebih murah dan bisa menargetkan audiens secara spesifik merupakan sesuatu yang esensial.

"Satu-satunya cara bisnis kami berjalan adalah dengan memiliki akses kepada audiens yang sudah ditargetkan, yang bukan audiens media massa, jadi kita akan terus beriklan," kata Morrison.

Tapi setidaknya Facebook sudah mulai melakukan kompromi soal moderasi konten di platformnya. Pada pekan lalu, perusahaan media sosial ini mengumumkan akan memberi tag pada konten yang berisi ujaran kebencian.

Boikot tersebut tidak bertahan lama dan kini hampir dilupakan. YouTube kemudian mengubah kebijakan iklan dan kontennya dan kini bisnis mereka tetap berjalan lancar.(tm)Boikot terhadap perusahaan media sosial seperti Facebook juga bukan hal baru. Pada tahun 2017, beberapa perusahaan besar mengumumkan akan berhenti beriklan di YouTube karena ada iklan yang ditempatkan di video yang berisi konten rasis dan homofobia.