Kadis Sosial TPI, Amrialis saat melihat para penghuni Panti Jompo atau Rumah Bahagia Embung Fatimah
TRANSKEPRI.COM.TANJUNGPINANG - Semenjak Corona melanda, penghuni Rumah Bahagia atau Panti Jompo Embung Fatimah Kota Tanjungpinang mengalami peningkatan signifikan.
Amrialis, Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Tanjungpinang mengatakan, meningkatnya penghuni rumah bahagia dikarenakan persoalan ekonomi keluarga akibat musibah global wabah virus corona.
Wabah virus Corona mengakibatkan stagnannya ekonomi dan permasalahan sosial lainnya.
Dimungkinkan dua hal tersebut menjadi indikator keluarga memutuskan untuk menitilan orang tua mereka di rumah bahagia, ujar Amrialis.
“Sebelum wabah virus corona, penghuni rumah bahagia Engku Puteri berjumlah 6 orang, setelah COVID-19 mengalami peningkatan hingga 15 orang tua,” terang Amrialis
Amrialis menjelaskan, penghuni rumah bahagia engku puteri saat ini terdiri dari tiga Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) sebanyak 12 orang lansia, sedangkan untuk penghuni rumah bahagia lansia berasal dari luar kota Tanjungpinang dan mayoritas mereka tidak memiliki keluarga.
“Namun, lansia itu ada juga yang berasal dari Tanjungpinang. Kemarin baru diantar lansia dari Tanjung Lanjut, Senggarang. Kita tidak tega melihat mereka tidak diurus oleh keluarganya,” beber Amrialis.
Untuk anggaran operasional rumah bahagia Engku Puteri dalam satu tahun menghabiskan anggaran sebesar Rp100 juta. Untuk biaya pengobatan para lansia apabila sakit, Dinsos berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan,
“Seratus juta itu untuk biaya makan dan minum sehari-hari, beli Pampers, dan lain sebagainya. Kalau mereka sakit kita koordinasi dengan Dinas Kesehatan,” kata Amrialis.
Kadinsos Kota Tanjungpinang berpesan, kepada masyarakat, selagi bisa merawat orang tua, rawatlah mereka dengan sebaik mungkin.
“Selagi masih bisa merawat ibu bapak, ya rawatlah mereka dengan sebaik baiknya. Bayangkan, kesusahan orang tua merawat kita sewaktu kita kecil hingga kita bisa seperti saat ini. Tapi, apa balasan kita terhadap orang tua kita? mustahil kita bisa membalas perjuangan orang tua, "mereka hanya ingin mengakhiri sisa usianya bersama keluarga. Bukan di rumah bahagia/panti jompo,” Pungkas Amrialis sedih. (mad)