TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Pekerja di sektor penerbangan sangat terancam akibat pandemi covid-19. Dampaknya telah menghancurkan bisnis maskapai penerbangan.
Kini, dari merebaknya virus Corona menyebar ke perusahaan-perusahaan yang terkait dengan mereka, sehingga mengancam tenaga kerja di sektor tersebut.
Dikutip dari CNN, Jumat (5/6/2020), menurut Air Transport Action Group yang berbasis di Jenewa, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia bekerja di ruang angkasa sipil, termasuk insinyur, perancang pesawat terbang, dan pekerja pabrik. Lalu 9 juta lainnya bekerja untuk maskapai, bandara, dan penyedia layanan navigasi udara.
Banyak pekerja di sektor tersebut berisiko karena industri penerbangan global mengalami penurunan terburuk dalam sejarahnya.
Permintaan konsumen untuk penerbangan anjlok selama pandemi karena larangan perjalanan dan penutupan akses, dan itu diperkirakan tidak akan sepenuhnya pulih selama beberapa tahun ke depan setelah larangan dicabut.
Maskapai-maskapai yang kekurangan uang telah merespons dengan membatalkan atau menunda pesanan untuk ratusan pesawat baru, membuat Airbus (EADSF) dan Boeing (BA) mengurangi produksi dan ribuan pekerja.
Kondisi itu akan menurunkan pesanan terhadap mesin, roda, rem, sistem komputer dan komponen pesawat lainnya, yang ujungnya akan berdampak negatif ke perusahaan-perusahaan penyedia produk tersebut, misalnya seperti GE Aviation dan Rolls-Royce (RYCEF).
Pada gilirannya itu akan menyebabkan ribuan usaha kecil berada dalam risiko kehancuran.
Semuanya tergantung pada orang yang terbang. Itulah pendorong bagi seluruh ekosistem," kata CEO Asosiasi Industri Dirgantara AS, Eric Fanning.
Boeing, misalnya, terhubung dengan lebih dari 12.000 perusahaan dalam rantai pasoknya yang tersebar di 50 negara bagian AS dan 58 negara lain di luar Amerika.n(007)