TRANSKEPRI.COM.RAWAJITU-Wabah corona melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja memperkirakan 3 juta orang ter-PHK akibat terdampak COVID-19.
Berbondong-bondong mereka pun mudik ke kampung halaman dan mulai memikirkan untuk mencoba cara lain mendapatkan penghasilan.
Nun jauh di Desa Bumi Pratama Mandira, perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan, sejak era 90-an para petambak udang sudah banyak menikmati hasil dari udang vaname. Meski ekspor sedikit terganggu karena pandemi, namun tambak udang tetap menjadi andalan Indonesia. Bahkan baru-baru ini Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyerukan peningkatan ekspor udang hingga 250% untuk 3 tahun ke depan.
Tentu tambak udang vaname menjadi begitu menjanjikan. Para ter-PHK pun bisa mulai usaha baru ini. Dibutuhkan kolam seluas 50x40 meter persegi untuk memulai bisnis udang ini. Lalu mulai tebarlah benur atau bibit udang dipelihara hingga 70-80 hari. Kemudian, pastikan lahan kolam tidak terkontaminasi, caranya bisa dengan mengalaskan kolam dengan terpal. Kebersihan menjadi kunci utama suksesnya budidaya udang.
"Seandainya kalau jalan (di pinggir kolam), kita cuci mandi dulu karena kalau ada virus nggak tau kan kita masuk ke kolam. Kalau tempat bermasalah ya dibersihkan dulu, bila perlu kita kasih kaporit," kata Alfarezon yang sudah menjadi petambak sejak tahun 1995 kepada detikcom.
Dia mengatakan jika pun setelah panen, tanah harus dijemur lalu ditaburkan kapur untuk mengurangi bakteri di tanah dan juga membuat tanah menjadi bagus.
"Setelah itu dibiarkan 2 atau 3 hari lalu diisi air dikasih perlakuan promol ngisinya. Setelah 7 sampai 8 hari baru ditebar bibit karena airnya sudah bagus. Bibit harus ditambah air segayung untuk menyamakan suhu dengan tambak. Kalau sama, baru kita tebar kalau nggak loncat (bibit udang) berarti udah sama (suhunya) kalau banyak yang loncat nanti udang mati. Nggak bisa beli bibit langsung ditumpahkan," ucapnya panjang lebar.(007)