Utang Luar Negeri Indonesia saat Ini Rp5.796 T

Jumat, 15 Mei 2020

Ilustrasi: Utang Luar Negeri

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$389,3 miliar atau Rp5.796 triliun (kurs Rp14.900 ribu per dolar AS) pada kuartal I 2020. Utang tercatat tumbuh 0,5 persen secara tahunan, atau melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang naik 7,8 persen.

BI merinci utang luar negeri ini berasal dari sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$183,8 miliar. Sementara itu, sisanya sebesar US$205,5 miliar berasal dari utang sektor swasta (termasuk BUMN).

Bank sentral menyatakan perlambatan pertumbuhan utang luar negeri disebabkan oleh penurunan utang luat negeri pemerintah. Tercatat, utang luar negeri pemerintah kuartal I 2020 sebesar US$181 miliar atau minus 3,6 persen.

Realisasi itu berbanding terbalik dengan kuartal sebelumnya, di mana utang luar negeri pemerintah meningkat 9,1 persen. Penurunan utang luar negeri dalam tiga bulan terakhir terjadi karena arus modal keluar dari pasar surat berharga negara (SBN) dan pembayaran SBN yang telah jatuh tempo.

"Pengelolaan utang luar negeri pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas pada sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat," ungkap pihak BI dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (15/5).


Sementara, BI mengungkapkan utang luar negeri swasta kembali melambat pada kuartal I 2020 yang hanya 4,5 persen. Pertumbuhan itu lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 6,6 persen.

Perkembangan ini dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan utang luar negeri lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan. Rinciannya, utang luar negeri lembaga keuangan minus 2,3 persen dan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan hanya tumbuh 7,6 persen.

Beberapa sektor dengan pangsa utang luar negeri terbesar adalah sektor jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), pertambangan & penggalian, dan industri pengolahan.

Pangsa utang sektor tersebut mencapai 77,4 persen dari total utang luar negeri swasta. BI mengklaim utang luar negeri Indonesia secara keseluruhan bisa dibilang masih sehat.

Pasalnya, utang dikelola dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu, kesehatan utang juga tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Februari 2020 yang sebesar 34,5 persen atau turun dari sebelumnya yang sebesar 36,2 persen.

"Di samping itu struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi utang jangka panjang dengan pangsa pasar 88,4 persen dari total utang luar negeri," jelas BI.(tm)