TRANSKEPRI.COM- Diperkirakan ada sekitar 10 persen dari total populasi dunia menderita disleksia, termasuk anak-anak. Ini berdasarkan data Dyslexia Association of Singapore (DAS)
Director of Specialised Educational Services DAS, Edmen Leong, menjelaskan disleksia adalah perbedaan proses belajar yang membuat penyandangnya mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan atau mengeja.
" Anak-anak dengan disleksia mungkin lemah dalam proses mempelajari tata bahasa, memori dan mengurutkan suatu rangkaian," kata Edmen.
Anak-anak pada umumnya dapat mengikuti pelajran di sekolah dengan percaya diri apabila dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumahnya dengan mudah, tepat waktu dan mendapat nilai bagus dalam setiap ujian.
Namun, di sisi lain anak-anak yang mengalamikesulitan belajar seperti disleksia seringkali menjadi frustasi dan tidak dapat mengikuti proses belajar di sekolah karena masalah yang mereka miliki terkait membaca, mengeja dan atau menulis.
Sekolah dapat menjadi mimpi buruk bagi anak-anak diseleksia. Tanpa disadari, seorang anak dengan kesulitan belajar seringkali merasa tidak diinginkan lingkungan sekolahnya, dan tidak sedikit yang bahkan dianggap bodoh atau malas.(007)