Ketika Raungan Mesin Menjadi Narasi: TNI AU Hang Nadim–PWI Batam Umumkan Pemenang Lomba Karya Tulis

Rabu, 24 Desember 2025

Panitia Lomba Karya Tulis Jurnalistik dan Konten Digital TNI AU Hang Nadim–PWI Batam mengumumkan para pemenang lomba bertema “TNI AU Hang Nadim dan Pemko Batam Gelar Air Show Solidaritas untuk Sumatera”(pwi batam)

TRANSKEPRI.COM.BATAM  - Langit di atas Pangkalan TNI AU Hang Nadim Batam, Senin (23/12/2025), seolah masih menyimpan gema raungan mesin jet tempur. Bukan sekadar bunyi besi dan tenaga, melainkan telah menjelma menjadi kata, paragraf, dan narasi yang mengabadikan empati. Di tempat inilah Panitia Lomba Karya Tulis Jurnalistik dan Konten Digital TNI AU Hang Nadim–PWI Batam mengumumkan para pemenang lomba bertema “TNI AU Hang Nadim dan Pemko Batam Gelar Air Show Solidaritas untuk Sumatera”.

Pengumuman pemenang dibuka dengan pembacaan Surat Keputusan Dewan Juri oleh Deni Risman, pengurus PWI Pusat yang menjadi salah satu juri lomba. Dari deretan karya yang masuk, dewan juri menilai sejumlah tulisan berhasil menjadikan peristiwa air show bukan sekadar tontonan, tetapi juga pesan kemanusiaan yang terbang tinggi bersama sayap negara.
Pada Kategori Karya Tulis Jurnalistik,
Juara I diraih Roma Uly Siantrui, wartawan Batam Stright.co.id, melalui karyanya berjudul “Raungan Jet Tempur di Hari Jadi Batam Menjadi Doa untuk Sumatera”.

Juara II diraih Muhamad Ikhsan, wartawan Gudangberita.co.id, dengan tulisan “Raungan Jet, Getar Empati Batam Solidarity Air Show, dan Wajah Humanis TNI Angkatan Udara”.

Juara III diraih Zelly Nonidy Score, wartawan Bataminfo.co.id, lewat karya “Sayap Negara di Usia Kota: 196 Tahun Batam dan Bahasa Militer Bernama Empati”.

Sementara itu, pada Kategori Konten Digital,

Juara I diraih Ilham (Kabarbatam.com),
Juara II Andiene Nadia (Kantor Berita Antara), dan Juara III M. Ikhsan (Gudangberita.co.id).

Masing-masing pemenang Juara I menerima piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar Rp2.000.000, Juara II Rp1.000.000, serta Juara III Rp750.000. Piagam penghargaan dan uang pembinaan bagi pemenang lomba karya tulis jurnalistik diserahkan oleh Danlanud TNI AU Hang Nadim Batam, Letkol Pnb Hendro Sukamdani, M.Tr. Opsla, yang diwakili oleh Kepala Seksi Intelijen (Kasintel) Lanud Hang Nadim Batam, Kapten S.us Firmansyah Wisnu Budianto.

Adapun penyerahan piagam dan uang pembinaan untuk pemenang kategori konten digital dilakukan oleh Ketua PWI Batam, M. A. Khafi Anshary.
Dalam sambutannya, Kapten S.us Firmansyah Wisnu Budianto menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta lomba yang telah menuangkan peristiwa Batam Solidarity Air Show ke dalam karya jurnalistik. Menurutnya, kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara dunia pertahanan udara dan dunia pers dalam satu bahasa yang sama: kepedulian.

“TNI Angkatan Udara tidak hanya hadir sebagai penjaga kedaulatan udara, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab kemanusiaan. Melalui karya jurnalistik, nilai-nilai itu dapat disampaikan secara lebih luas, objektif, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Ia berharap sinergi antara TNI AU Hang Nadim dan insan pers di Batam dapat terus terjalin, tidak hanya dalam momentum lomba, tetapi juga dalam upaya menyampaikan informasi yang edukatif, berimbang, dan membangun kepercayaan publik.

Ketua Dewan Juri, M. Iqbal, wartawan senior yang mewakili Pemko Batam, turut menyampaikan catatan evaluatif terhadap karya para peserta.

“Karya tulis yang masuk rata-rata baru menyampaikan informasi yang tampak saat acara digelar. Padahal, karya jurnalistik yang baik semestinya memuat pengetahuan tambahan yang digali lewat inisiatif wartawan. Istilahnya, karya-karya ini masih kurang ‘berkeringat’,” ujarnya.

Di penghujung acara, Khafi Anshary menyampaikan apresiasi dan terima kasih PWI Batam kepada TNI AU Hang Nadim atas terselenggaranya lomba karya tulis jurnalistik tersebut.

“Kami berharap ke depan TNI AU Hang Nadim dapat terus menggelar kompetisi serupa, agar lahir karya-karya jurnalistik yang berkualitas dari wartawan yang berintegritas,” tuturnya.

Di Hang Nadim hari itu, langit bukan hanya tempat pesawat mengudara. Ia menjadi ruang bagi kata-kata untuk terbang—mencatat solidaritas, menyuarakan empati, dan menegaskan bahwa di balik kekuatan pertahanan udara, selalu ada sisi kemanusiaan yang ikut dijaga. (*)