Medco E&P Bangun Ekonomi Pesisir Melalui Program SUAR di Kepulauan Anambas

Jumat, 28 November 2025

Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) melalui program SUAR (Scaling-Up Anambas Rural Smallholder) atau Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Desa Langir, Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas. (ist)

TRANSKEPRI.COM.ANAMBAS- Upaya menjaga kelestarian lingkungan kini dapat berjalan seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Inilah semangat yang diusung Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) melalui program SUAR (Scaling-Up Anambas Rural Smallholder) atau Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Desa Langir, Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas. Program yang berlangsung sejak September 2024 ini menjadi bukti nyata sinergi antara konservasi dan pemberdayaan ekonomi pesisir.

Program SUAR dirancang untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan melalui budidaya kepiting bakau (ketam) dan lebah madu kelulut (peket) di kawasan ekosistem mangrove. Kedua komoditas ini bernilai ekonomi tinggi sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.

 “Kami ingin masyarakat pesisir tidak hanya menjadi penonton, tetapi menjadi pelaku utama dalam menjaga dan mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan,” ujar Kemal A. Massi, Manager Field Relations & Community Enhancement Medco E&P Natuna, Jumat  (28/11/2025).

Melalui pendekatan sekolah lapangan (SL) dan pembelajaran partisipatif, sebanyak 39 warga Desa Langir  -- terdiri atas laki-laki dan perempuan yang mayoritas generasi muda -- belajar mengenali potensi mangrove, memahami teknik budidaya ketam dan lebah, serta mengelola kelompok usaha secara mandiri. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah model silvofishery, sistem budidaya perikanan yang dipadukan dengan konservasi mangrove. Masyarakat membangun keramba ketam di antara pepohonan mangrove dan menempatkan stup lebah madu di tepi hutan untuk memanfaatkan sumber pakan alami.

Selain pelatihan teknis, SUAR juga membentuk kelompok pembudidaya ketam dan peket (Pokdaya) sebagai motor ekonomi baru desa. “Yang membanggakan adalah semangat gotong royong dan rasa memiliki masyarakat. Mereka terlibat sejak perencanaan hingga evaluasi, dan inilah kunci keberlanjutan,” tambah Kemal.

Capaian program menunjukkan hasil menggembirakan. Seluruh target kegiatan tercapai 100 persen, termasuk distribusi 200 bibit kepiting dan 125 stup lebah madu kepada kelompok masyarakat. Meskipun menghadapi tantangan seperti menurunnya habitat kepiting akibat degradasi mangrove, warga tetap beradaptasi dengan inovasi lokal.

Kepala Desa Langir, Hendrison ST menyampaikan bahwa program pengembangan budidaya ketam dan lebah madu di Desa Langir memang sangat potensial. Pihaknya menyambut baik program SUAR ini dan berharap dapat meningkatkan ekonomi masyarakat luas. Terlebih, Pemerintah Desa Langir sudah sejak lama mengharapkan adanya pihak yang bisa diajak kolaborasi dalam pengembangan kedua komoditas tersebut. ’’Impelementasi kegiatan ini merupakan jawaban dari apa yang sudah lama kami impikan,’’ ujarnya.

Syambudi (34 tahun), penerima manfaat Program SUAR, kini mulai merasakan hasil nyata dari tekad dan proses belajarnya. Setelah enam bulan mengikuti sekolah lapangan budidaya lebah peket, ia sudah mampu memanen dan menjual madu secara mandiri. “Saya tidak pernah menyangka bisa membudidayakan lebah peket seperti sekarang. Dulu saya hanya tahu madu peket itu obat sariawan, tapi melalui program SUAR saya belajar teknik beternak yang benar sampai akhirnya bisa panen dan menjual madu sendiri,'' ungkapnya.

Dalam periode April hingga Oktober 2025, ia berhasil memasarkan 71 botol madu peket dengan nilai mencapai Rp3.550.000, ditambah keberhasilannya menginduksi enam koloni baru yang jika dikonversikan setara dengan Rp4.800.000. Pendapatan tambahan dari budidaya peket bukan hanya membantu perekonomian keluarganya, tetapi juga membuka jalan bagi Syambudi untuk dikenal sebagai salah satu peternak peket yang paling produktif dan inspiratif di Desa Langir.

Manfaat Program SUAR juga dirasakan Nopical, ketua Kelompok Pembudidaya Ketam Bakau Desa Langir. “Dulu kami hanya tahu mencari kepiting di lubang-lubang mangrove, tidak pernah terbayang bisa membudidayakannya sendiri. Berkat pelatihan dan pendampingan, kini kelompok kami mampu menghasilkan ketam berbobot hingga 800 gram dan mulai menambah penghasilan dari penjualan panen,” tuturnya.

Pelibatan perempuan dan anak muda dalam perencanaan hingga produksi menciptakan dinamika baru di masyarakat. Semangat belajar, kolaborasi lintas generasi, dan kepedulian lingkungan tumbuh bersamaan. “Medco E&P percaya, keberlanjutan tidak cukup hanya menjaga lingkungan, tapi juga memberi nilai tambah bagi masyarakat. Ketika ekonomi tumbuh bersama ekosistem yang lestari, di situlah keberlanjutan sejati tercapai,” ungkap Kemal.

Program SUAR menjadi bagian dari komitmen Medco E&P dalam menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di wilayah operasinya. Melalui kolaborasi aktif antara perusahaan, pemerintah desa, lembaga lokal, dan masyarakat, SUAR membuktikan bahwa konservasi dan kesejahteraan dapat berjalan beriringan. Program ini menanamkan kesadaran baru: menjaga alam berarti menjaga masa depan bersama. (*)