Seorang pria mengenakan masker pelindung berjalan di kawasan Bari saat penyebaran virus corona COVID-19 berlanjut, di Bari, Italia, 27 Maret 2020. Foto/REUTERS / Alessandro Garofalo
TRANSKEPRI.COM. ROMA - Italia mencatat 919 kematian dalam sehari akibat wabah virus corona baru, COVID-19, pada hari Jumat. Angka kematian baru ini menambah jumlah korban meninggal di "negeri pizza" menjadi 9.134 orang, jumlah kematian terbanyak di dunia.
Parahnya lagi, jumlah kasus infeksi COVID-19 di Italia mencapai 86.498 orang setelah ada tambahan 5.909 kasus baru. Angka itu melampui jumlah kasus di China 81.340 orang dengan korban meninggal 3.292 orang.
Italia adalah negara Barat pertama yang memperkenalkan pembatasan swingeing pada pergerakan orang-orang setelah mengonfirmasi wabah virus corona lima minggu lalu. Negara ini telah memperketat pembatasan dari minggu ke minggu, termasuk melarang semua kegiatan yang tidak penting sampai setidaknya Jumat depan.
Meski jumlah korban meninggal terbanyak di dunia, jumlah kasus infeksi COVID-19 di Italia di bawah Amerika Serikat yang menembus 102.396 orang. Angka kasus itu menjadikan Amerika sebagai pusat pandemi virus corona dunia.
"Kami belum mencapai puncaknya dan kami belum melewatinya," kata kepala Superior Health Institute, Silvio Brusaferro, kepada wartawan sebelum data dirilis.
Meskipun demikian, dia mengatakan ada tanda-tanda perlambatan dalam jumlah kasus infeksi, yang turun dari periode 24 jam sebelumnya.
"Ketika penurunan dimulai, seberapa curam itu akan tergantung pada perilaku kita," kata Brusaferro, seperti dikutip Reuters, Sabtu (28/3/2020).
Franco Locatelli, kepala dewan yang menasihati pemerintah tentang masalah kesehatan, mengatakan pembatasan yang ada pada pergerakan orang-orang kemungkinan akan diperpanjang melampaui tanggal akhir, yakni 3 April.
"Jika saya harus memutuskan untuk menggunakan data hari ini, saya percaya itu tidak bisa dihindari, tindakan ini akan diperpanjang," katanya.
Sekolah dan universitas adalah salah satu tempat pertama yang ditutup secara nasional pada 5 Maret. Menteri Pendidikan Lucia Azzolina mengatakan penutupan itu harus diperpanjang melewati 3 April.
"Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa siswa kembali ke sekolah hanya ketika kami benar-benar yakin itu aman," katanya kepada penyiar RAI.
Wilayah utara Lombardy, yang merupakan pusat Milan, telah menyumbang 43 persen dari kasus-kasus infeksi COVID-19 di Italia dan 59 persen kematian. "Tingkat infeksi tidak bertambah dan saya pikir ini akan turun," kata Gubernur Lombardy Attilio Fontana. (ssb)