Debat Pilkada Kepri, Sabtu (02/11/24) menghadirkan pasangan Ansar-Nyanyang dan pasangan Rudi-Rafiq bertempat di Radisson Hotel Batam. (san/transkepri.com)
Oleh: Aldi Samjaya (Jurnalis di Kepri)
Pada debat kandidat Pilkada Kepulauan Riau di Radison Hotel Batam, Sabtu (2/11/2024), pasangan calon nomor urut 2 Rudi dan Rafiq tampil mengesankan, menampilkan kemampuan argumentatif yang solid.
Sedangkan pasangan nomor urut 1, Gubernur petahana Ansar dan wakilnya Nyanyang Haris, yang berusaha menyerang dengan tajam, menjadi ajang unjuk keunggulan pasangan Rudi dan Rafiq. Ansar yang diharapkan tampil percaya diri sebagai gubernur petahana, tampak tidak berhasil mendominasi jalannya debat.
Ansar sempat mengkritik gaya komunikasi Rudi, namun ini justru memberi ruang bagi Rudi untuk memaparkan pendekatannya yang berfokus pada komunikasi inklusif.
Rudi, yang juga menjabat sebagai Walikota Batam dan Kepala BP Batam, menegaskan rekam jejaknya dalam membangun Batam.
Di bawah kepemimpinannya, Batam menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kepri, berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi provinsi yang mencapai 5 persen dan Batam di angka 7 persen.
Kekeliruan Memahami Regulasi dan Generasi Z jadi Titik Lemah Ansar
Salah satu momen krusial dalam debat ini adalah kesalahan Ansar terkait Peraturan Pemerintah (PP) No. 41. Ansar keliru memahami bahwa aturan tersebut hanya berlaku di Batam, padahal peraturan itu mencakup wilayah Batam, Bintan, dan Karimun. Rudi memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan pemahamannya yang mendalam terhadap regulasi tersebut, menggarisbawahi pentingnya peran Batam dalam menggerakkan ekonomi Kepri.
Selain itu, kesalahan Ansar dalam mendefinisikan Generasi Z, dengan menyebut mereka yang lahir pada 1975 hingga 2015, semakin menyoroti ketidakpahaman Ansar terhadap isu kepemudaan. Rudi dan Rafiq menunjukkan pemahaman yang lebih akurat, sementara kekeliruan Ansar ini dapat mengurangi kepercayaan dari pemilih muda, khususnya Generasi Z, yang menjadi bagian penting dari demografi pemilih di Kepri.
Dalam konteks pembangunan Kepulauan Riau yang lebih inklusif, Rudi dan Rafiq tampak semakin kuat sebagai pilihan yang relevan.
Pemahaman mereka mengenai regulasi yang berlaku serta kebutuhan generasi muda menjadi poin penting yang mencuat dalam debat ini. Rudi dan Rafiq menjanjikan kemajuan pembangunan di seluruh wilayah Kepri, termasuk di daerah yang masih kurang berkembang seperti Natuna, Lingga, dan Anambas.
Kepemimpinan yang responsif terhadap perkembangan regulasi dan dinamisnya demografi pemilih muda merupakan harapan bagi banyak warga Kepri. Jika terpilih, pasangan ini diyakini mampu menghadirkan pemerataan pembangunan yang lebih merata dan menjawab aspirasi generasi muda yang menjadi penentu masa depan Kepri. (*)