Selamat Datang ‘Dara’ Hangatkan Kontestasi Pilkada Anambas

Rabu, 03 Juli 2024

Ilustrasi: Kontestasi pilkada. (net)

TRANSKEPRI.COM.ANAMBAS- Dinamika politik di Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) kian menghangat, pasca munculnya calon-calon yang terus dipasang-pasangkan.

Menariknya pasangan yang disandingkan jadi penganten masih terus meraba dan bermanuver.  Namun demikian perlu diketahui sebagai sebuah kabupaten yang secara  hirarkis masih ada provinsi dan pusat  yang sejatinya sebagai penentu, siapa yang akan bertarung kelak.

Masih mengambangnya siapa yang  akan bersanding di provinsi sebagai Calon Gubernur (Cagub) dan  Calon Wakil Gubernur  (Cawagub)  Kepri berimbas pada masih buramnya calon bupati dan calon Wakil bupati Anambas.

Meski, sampai saat ini telah ada figur yang telah meraup sekitar lima hingga 9 kursi,  empat kursi dari 20 kursi di gedung kuning DPRD Anambas,  dan sisanya masih diperebutkan, namun demikian hal itu masih menunggu tergoresnya tanda tangan ketua umum dan sekretaris umum partai yang berada di pusat.

Partai tanpa mahar bagi Cakada maupun Wacakada yang akan bertarung dipilkada 27 November mendatang sejatinya masih isapan jempol semata, karena pasti ada biaya administrasi yang cukup membebani siapa yang akan melaju kepernikahan.

Tiga pasang Cakada-Wacakada yang beredar akan bertarung di Pilkada saat ini, sejatinya masih belum pasti sebelum deklarasi dan pendaftaran calon di KPU dilaksanakan.

Saat ini loby-loby politik sedang dalam masa-masa kritis,  kedinamisan tersebut tak pelak menjadikan perubahan siapa yang akan maju pada Pilkada Anambas bisa berubah dalam hitungan menit.  

Pada puncaknya adalah rekomendasi yang langsung ditanda tangani ketua umum dan sekretaris umum, menjadi limit berakhirnya loby-loby manis yang telah berjalan beberapa bulan terakhir, yang paling miris adalah saat rekomendasi yang diberikan di tingkat kabupaten berganti nama saat sampai di pusat, dan peluang ini ada, mengingat ada nama dara yang tersimpan dalam pocket.

Seperti iklan sebuah minuman dimakan pada pucuknya menjadi sebuah ornamen yang mesti dipahami para elit.  Apalagi perlu diingat bahwa hingga saat ini ada dua arus deras  yang menjadi aliran air bah, yang terus menari-manari ditelinga masyarakat.

Tentu hal ini akan menimbulkan dan membuka  fluktuasi fantastis yang memberikan tekanan yang cukup signifikan kepada elit Anambas. Yang tetap teguh dah tetap bertahan dalam menjaga hegemoni dimata masyarakat.

Hal itu sejatinya karena telah mulai adanya ruang baru dengan munculnya harapan turun gunungnya sang dara yang selama terus diam dengan alasan kesetiaan tanpa batas. Sejumlah indikator tentu yang telah terekspos saat ini membelah opini masyarakat dilapangan.

Hanya clue yang dapat mempertegas sang dara  menjadi kartu truf saat ini tampil membumi dan akhirnya akan kembali mengerucutkan siapa yang ln bertarung.

Berikan ruang masyarakat menikmati demokrasi  dengan prosesnya yang penuh trik, intrik, tawa dan tangis yang melebur menjadi sebuah dinamika untuk kesejahteraan masyarakat yang abadi.

Selamat datang sang dara masyarakat menunggu anda berucap "saya turun gunung"maju diperhelatan ini. (*)