Ilustrasi: Warga menggunakan masker mengantisipasi terjangkit virus Covid-19. (net)
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan ada kenaikan kasus COVID-19 pada minggu ke-18 tahun 2024 sebesar 11,76 persen bila dibandingkan minggu sebelumnya. Namun, berdasarkan data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), varian pemicu kenaikan kasus di Indonesia bukanlah KP.1 dan KP.2 seperti yang banyak terjadi di Singapura beberapa waktu terakhir.
Hingga saat ini sebagian besar kasus masih didominasi oleh varian JN.1. Walaupun kasus COVID-19 mengalami peningkatan, Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril, SpP, MPH mengatakan kasus tidak diikuti dengan peningkatan jumlah angka rawat inap dan dan kematian.
"Sampai Mei 2024, kasus COVID-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1, JN.1, dan JN.1.39. Kalau subvarian KP, belum ditemukan," kata Syahril dikutip dari edaran yang diterima detikcom, Minggu (26/5/2024).
Data laporan mingguan nasional COVID-19 Kemenkes RI periode 12-18 Mei 2024 mencatat, terdapat 19 kasus konfirmasi, 44 kasus rawat ICU, dan 153 kasus rawat isolasi. Tren positivity rate mingguan berada di angka 0,65 persen dengan nol kasus kematian. Jumlah orang yang dites per minggu mencapai 2.474 orang.
Menyoal varian KP.1 dan KP.2, Syahril mengatakan kedua varian turunan JN.1 tersebut memang sudah ditemukan di beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Walau begitu, ia berkata hingga saat ini tidak ada indikasi bahwa kedua varian tersebut lebih mudah menular atau menyebabkan keparahan dibandingkan dengan varian COVID-19 yang lain.
"Pemerintah Singapura melaporkan proporsi sublineage didominasi oleh sublinegae KP.1 dan KP.2. Belum ada indikasi, baik di global ataupun di lokal Singapura, bahwa dua subvarian ini menjadi lebih menular ataupun menjadi lebih dapat menyebabkan sakit berat, dibandingkan dengan varian yang lainnya," tandasnya. (*)