SALUT..Tuna Netra di Batam Ini Berusia Setengah Abad, 4 Tahun Rampungkan S1

Rabu, 11 Maret 2020

Edi Sugianto seorang Tuna Netra di Batam bersanding dengan almamater tempatnya mengenyam pendidikan S1 (foto: internet)

TRANSKEPRI.COM.BATAM- Edi Sugianto, seorang Tuna Netra di Batam, meski saat ini sudah memasuki usia 50 tahun atau setengah abad, namun tidak menyurutkan niatnya untuk menuntut ilmu di bangku kuliah.

" Kendati kedua mata saya buta, tidak dapat melihat sama sekali dan usia saya sudah memasuki kepala lima, namun hal ini tidak menghalangi saya untuk mengenyam bangku pendidikan di Kampus, sebagaimana orang normal kebanyakan," ujar pria kelahiran Bogor ini kepada transkepri.com.

Edi bercerita, saat memulai kuliah pada tahun 2016 lalu di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ibnu Sina, Batam, dirinya sempat bimbang, karena selain tidak bisa melihat, dia juga tidak memiliki uang untuk membiayai perkuliahan yang akan dilaluinya selama nimimal empat tahun lamanya.

Pendapatannya sebagai tukang pijat hanya cukup untuk memenuhi nafkah tiga anak, buah perkawinannya dengan seorang perempuan yang mau menerima kondisinya seperti saat ini.

Belum lagi banyak tugas perkuliahan yang menuntutnya harus menjadi seorang manusia sempurna. Memang kata Edi, semuanya berat dan mustahil bisa dia raih.

"Alhamduliah, dengan tekad bulat dan bagaimana saya harus punya ilmu, sehingga bisa memberikan manfaat kepada keluarga dan orang banyak, akhirnya perkuliahan bisa saya jalani dan syukur kepada Allah, saya bisa merampungkan perkuliahan dan bulan depan Isnya Allah segera diwisuda dengan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam," tutur Edi.

Perjuangan dirinya meraih gelar sarjana kata Edi, banyak pihak yang bereparan. Mulai dari keluarga, pihak kampus, para dosen, teman sesama kuliah dan banyak pihak lainnya.

Sehingga kata Edi, setelah wisuda nanti dan mendapatkan ijazah, dirinya akan melamar sebagai tenaga pengajar, sehingga ilmu yang dimilikinya bisa memberi manfaat kepada banyak orang, sesuai tekad awal dirinya saat ingin memulai kuliah dulu.

" Setelah wisuda nanti, saya akan melamar sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam, sesuai dengan jurusan yang saya miliki, doakan ya saya bisa diterima nantinya pada salah satu sekolah yang ada di Batam," ujar Edi yang mengakui bahwa kebutaan yang dialaminya saat ini, akibat sakit campak saat dia berusia 10 tahun.

Di akhir pembicaraan, Edi yang dalam skripsinya mengangkat judul 'Penggunaan metode ceramah untuk meningkatkan motivasi siswa sekolah pada MAN Vilial Bengkong' ini meminta kepada semua orang, bahwa bersyukurlah dengan segala apa yang dianugerahi Allah kepada kita. "Sebagai seorang yang tidak bisa melihat, dari hati yang paling dalam, saya mensyukuri dan menerima semua ini. Ini adalah hal terbaik dan anugerah yang diberikan Allah buat saya," ujar Edi memberi kesan. (009)