Virus Corona. (net)
TRANSKEPRI.COM.BATAM- Dinas Kesehatan Provinsi Kepri meminta warga yang melakukan perjalanan ke Singapura agar memperketat penerapan protokol kesehatan. Hal itu karena kasus COVID-19 di Singapura tengah mengalami lonjakan.
"Masih tetap harus hati-hati. Silahkan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan saat melakukan perjalanan ke daerah yang mengalami peningkatan kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Muhammad Bisri, Senin (4/12/2023).
Bisri menyebut belum ada pengawasan ketat di pelabuhan Internasional di Kepri meski adanya lonjakan kasus COVID 19 di Singapura. Ia juga menyebut peningkatan kasus Covid 19 di Singapura belum berdampak langsung pada wilayah Kepri yang berbatasan dengan negara tersebut.
"Belum ada pengawasan khusus. Karena tidak memberikan dampak buruk. Hal itu terbukti belum ada pasien yang dirawat di Kepri," ujarnya.
Bisri juga menyebut pengawasan ketat pada pelabuhan Internasional tak bisa dilakukan serta merta. Saat ini pihaknya menunggu instruksi dari Kementerian Kesehatan RI.
"Dari Kemenkes RI juga belum ada surat edaran khusus untuk pengetatan di Pelabuhan Internasional yang melayani rute Singapura," ujarnya.
Bisri mengatakan pasca melandainya COVID 19 di Indonesia, belum ditemukan adanya kasus COVID 19 lagi di Kepri. Ia berharap masyarakat tetap disiplin saat melakukan perjalanan ke luar negeri.
"Dan selama ini 0 kasus, tidak ditemukan kasus COVID 19. Untuk vaksin Covid 19 sudah kosong saat ini. Untuk di RS test COVID 19 akan dilakukan oleh dokter, kalau dirasa ada indikasi terutama sebelum dirawat," ujarnya.
Sebelumnya, Kasus COVID-19 di Singapura naik dua kali lipat dibandingkan pada periode 19-25 November 2023. Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan kasus COVID-19 melonjak jadi 22.094 kasus dibanding pekan sebelumnya.
Pekan sebelumnya, total kasus di Singapura tercatat sebanyak 10.726 orang. Kabar baiknya, tren kasus baru tidak dibarengi dengan lonjakan rawat inap COVID-19.
"Rata-rata kasus rawat inap dan ICU harian akibat COVID-19 tetap stabil," jelas otoritas kesehatan setempat, dikutip dari Channel News Asia Minggu (2/12/2023).
Kementerian Kesehatan mengatakan peningkatan infeksi mungkin disebabkan sejumlah faktor, seperti musim perjalanan di akhir tahun dan berkurangnya kekebalan atau imunitas penduduk.
EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi subvarian utama di Singapura, ditemukan pada lebih dari 70 persen kasus yang sudah di sequencing.
"Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," kata Depkes tersebut. (dtc)