Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi saat menerima pena emas dari PWI, Selasa (07/02/23) di Medan. (diskominfosumut)
Edy Rahmayadi meraih penghargaan tertinggi PWI ini dengan predikat cumlaude, setelah lebih satu jam diuji panelis dari PWI.
Ada 11 panelis yang menguji makalah bertajuk ‘Pers Mitra Strategis Wujudkan Sumatera Utara
Yang Maju, Aman dan Bermartabat’ karya Edy Rahmayadi.
Ke-11 panelis antara lain pengurus PWI seperti Sekjen PWI Mirza Zulhadi, anggota PWI Mochtar Nurjaman, Direktur ATVI Eduard Depari dan Ketua PWI Pusat Atal S Depari sebagai pimpinan sidang.
"Pak Gubernur punya cara tersendiri yang unik bermitra dengan pers. Dia memberikan penghargaan yang besar kepada pers, itu terlihat dari hubungan beliau dengan mereka, dia mudah ditemui, mudah diwawancara, itu sangat luar biasa," kata Atal S Depari, Selasa (07/02/23).
PWI memberikan nilai cumlaude kepada Gubernur Edy Rahmayadi, karena telah memberikan kebebasan luas kepada insan pers, mengimplementasikam teori-teori pers demokrasi.
Selain itu, dia juga mendorong perusahaan pers Sumut untuk tetap tumbuh di masa yang sulit.
"Kepedulian Pak Gubernur pada pers patut diapresiasi, membantu perushaan pers tanpa berharap timbal baliknya, terutama di masa-masa sulit," kata Atal S Depari.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menganggap pers merupakan kebutuhan bagi pejabat politik termasuk gubernur. Pers menurutnya instrumen penting dalam pembagunan bangsa.
"Bagi saya, pers itu lebih dari mitra, tetapi kebutuhan Saya, seperti makan, makan kan kadang ada kepedasan, keasinan, kurang ini itu, tetapi butuh dan tanpa pers kita akan sulit membangun negeri ini," kata Edy Rahmayadi.
Dia juga merasa terhormat mendapat penghargaan Pena Emas yang merupakan Anugerah tertinggi PWI kepada seseorang. Dia berharap pers di Sumut terus berkembang dan semakin berkualitas.
"Terima kasih atas penghargaan yang luar biasa ini, saya tentu merasa terhormat mendapat Anugerah Pena Emas, mudah-mudahan pers kita semakin baik ke depannya," kata Edy Rahmayadi. (rilis)