TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) BUMN pada akhir tahun 2019 naik 16,1% (yoy) dibanding posisi akhir tahun 2018. Dari sisi jumlah, porsi utang BUMN mencapai 26,2% dari total utang swasta. Jumlah tersebut meningkat dibanding posisinya pada Desember 2018 yang hanya 24,1%.
Seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (17/2/2020), total utang BUMN Indonesia per akhir Desember 2019 mencapai US$ 52,8 miliar atau setara dengan Rp 739,2 triliun (kurs Rp 14.000/US$). Sementara posisi utang BUMN tahun 2018 sebesar US$ 45,5 miliar. Artinya, utang BUMN naik dobel digit secara tahunan dalam satuan persen.
Kenaikan utang BUMN paling tinggi disumbang oleh perusahaan non lembaga keuangan yang mencatatkan utang sebesar US$ 41,5 miliar dari sebelumnya di tahun 2018 yang hanya US$ 34,7 miliar. Artinya, dalam satu tahun utang BUMN ini naik 19,6% (yoy).
Untuk utang lembaga keuangan BUMN yang mengalami kenaikan adalah lembaga perbankan. BUMN Bank mencatatkan total utang per Desember 2019 mencapai US$ 7,55 miliar, naik US$ 625 juta dibanding tahun sebelumnya atau bertambah 9% (yoy).
Sementara itu, utang untuk lembaga keuangan bukan bank (LKBB) milik BUMN malah mengalami penurunan. Posisi utang LKBB BUMN per Desember 2019 mencapai US$ 3,75 miliar. Padahal pada Desember 2018 nilai utangnya mencapai US$ 3,86 miliar. Artinya utang berkurang US$ 116 juta atau 3% (yoy).
Penyebab utang BUMN membengkak salah satunya akibat proyek-proyek pemerintah terutama pembangunan infrastruktur yang diperuntukkan untuk BUMN, sehingga perusahaan-perusahaan pelat merah membutuhkan pendanaan untuk menggarap proyek tersebut.(007)