TRANSKEPRI.COM.TANJUNGPINANG - Ketua TP-PKK Provinsi Kepulauan Riau Hj. Dewi Kumalasari Ansar menghadiri sekaligus menjadi narasumber terkait Stunting pada Dialog Interaktif dengan RRI Tanjungpinang Pro 1 guna memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pemahaman Stunting dan pentingnya ASI untuk anak pada usia emas.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Untuk itu, peran pemerintah dan stakeholder terkait sangat diperlukan dalam memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat guna konvegensi stunting di Provinsi Kepri, dikatakan moderator Erita di Studio Pro 1 RRI, Tanjungpinang, Senin (1/8/2022).
Pada Dialog interaktif RRI Pro 1 Tanjungpinang ini mengusung tema "ASI Eksklusif Generasi Tangguh" dengan menghadirkan 3 narasumber, selain Dewi Ansar yaitu hadir Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Provinsi Kepri Rohina, dan Ketua Asosiasi Ibu Menyusui wilayah Kepri Sujiatmi.
Ketua TP-PKK Provinsi Kepri Dewi Ansar, dalam paparannya menyebutkan peran pemerintah Provinsi Kepri beserta stakeholder terkait bahwa menunjukkan secara langsung daerah-daerah yang rawan terhadap stunting, memberikan edukasi kepada orang tua dan penanganan khusus terhadap anak yang mengidap stunting.
"Sebagai mitra kerja pemerintah, penanganan stunting bukan hal yang dapat di tangani secara instan, perlu peran masyarakat yang aktif untuk mendorong gerakan masyarakat lainnya untuk melawan stunting pada anak. Tentunya kami selalu berkunjung ke daerah-daerah untuk melihat langsung terkait stunting guna melihat perkembangan ini," ungkap Dewi Ansar.
Dewi Ansar juga menyebutkan kendala yang dihadapi pemerintah terkait stunting ialah tidak pahamnya masyarakat terhadap anaknya yang saat ini mengidap stunting, sehingga pemerintah mendapati kasus stunting tanpa sempat melakukan pencegahan.
"Stunting itu, ketika usia anak tidak sesuai dengan pertumbuhannya, bisa berupa tinggi anak yang tidak sesuai, atau berat tumbuhnya yang tidak seimbang, yang jika berkelanjutan dapat menyebabkan kecacatan mental pada otak anak. Maka dari itu, peran orang tua yang paham akan stunting dan tanggap terhadap kesehatan anak sangat dibutuhkan," ungkap Dewi Ansar.
Sementara itu, Ketua AIMI Kepri Sujiatmi, memaparkan pentingnya usia 1000 hari pertama anak mendapatkan ASI secara eksklusif, ASI yang cukup dapat menghindari kekurangan gizi pada anak.
"Ibu-ibu yang sedang dalam fase menyusui harus memahami pentingnya ASI untuk anak, jika anak tidak dapat menyedot ASI maka harus di berikan melalui cara lain, hal ini yang perlu di edukasikan kembali kepada calon ibu dan ibu muda. Guna mendorong masyarakat Kepri bebas stunting," sebut Sujiatmi.
Lebih lanjut, Sujiatmi mengatakan bahwa saat ini salah satu faktor anak tidak mendapatkan ASI yang cukup sehingga mengidap stunting ialah banyak ibu muda atau calon pengantin (catin) di Provinsi Kepri yang memang belum memahami peran seorang ibu.
Terakhir, Kaper BKKBN Rohina memberikan pemaparan terkait peran yang dapat dilakukan pemerintah, yaitu memberikan edukasi secara lebih intensif kepada Catin dan Ibu muda, membuka tempat-tempat pelayanan di banyak tempat sebagai tempat pengaduan stunting atau permasalahan ASI, memberikan penanganan asupan gizi yang lebih memadai kepada pengidap stunting.
"Banyak dari ibu muda atau catin sendiri memang belum mengerti bagaimana stunting dan ASI, sehingga kita mendapati kasus stunting pada anak, tanpa sempat melakukan pencegahan karena memang tidak ada keluhan dari ibu muda, tentunya kita sangat ingin membantu dengan semaksimal mungkin jika penyebab stunting dapat ketahui lebih dini sebelum semakin parah," tutupnya.(r)