TRANSKEPRI.COM.SURABAYA- Pakar"Yang menarik ini informasi terakhir bahwa di Singapura ada WNI yang confirm terinfeksi virus Corona. Ini sangat menarik buat penelitian di laboratorium," kata Nidom.
Ada sesuatu yang menarik pada virus Corona Wuhan yakni tidak diketahui apakah virus ini punya reseptor sendiri atau terbuka. Kalau memiliki reseptor sendiri virus ini bisa bertipe monoetnik jadi hanya orang atau etnik tertentu yang punya resiko tertular.
"Gambaran ini menjadi pertanyaan besar di kasus WNI di Singapura. Apakah memang WNI yang di Singapura itu punya reseptor mirip atau sudah berbeda. Kalau berbeda apakah virusnya mutasi sehingga bisa menempel pada WNI," lanjutnya menganalisis.
Ia menyarankan pemerintah ikut menganalisis dan mengambil spesimen aslinya. "Sehingga kita bisa lebih lanjut bisa mengantisipasi untuk keamanan berikutnya," sarannya. biologi molekuler mencoba menganalisis tentang karakter Virus Corona. Terlebih setelah ada seorang pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia yang bekerja di Singapura dilaporkan positif tertular virus tersebut.
"Jadi saya ingin memberikan satu gambaran bahwa virus ini memiliki tempat menempel pada reseptor nah reseptornya di host, pada orang. Untuk SARS sama MERS sudah diketahui reseptornya itu apa, sementara untuk Wuhan virus ini belum diketahui," kata Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Chaerul Anwar Nidom, saat berkunjung ke kantor Transmedia di Surabaya, Kamis (6/2/2020).
Menurut Profesor Nidom, virus hanya menempel pada host tertentu. Fakta di lapangan, virus Corona mengakibatkan infeksi yang cukup besar. Ia lantas bicara soal PRT berusia 44 tahun yang tertular virus Corona dari majikannya yang berinteraksi dengan turis China.
"Yang menarik ini informasi terakhir bahwa di Singapura ada WNI yang confirm terinfeksi virus Corona. Ini sangat menarik buat penelitian di laboratorium," kata Nidom.
Ada sesuatu yang menarik pada virus Corona Wuhan yakni tidak diketahui apakah virus ini punya reseptor sendiri atau terbuka. Kalau memiliki reseptor sendiri virus ini bisa bertipe monoetnik jadi hanya orang atau etnik tertentu yang punya resiko tertular.
"Gambaran ini menjadi pertanyaan besar di kasus WNI di Singapura. Apakah memang WNI yang di Singapura itu punya reseptor mirip atau sudah berbeda. Kalau berbeda apakah virusnya mutasi sehingga bisa menempel pada WNI," lanjutnya menganalisis.
Ia menyarankan pemerintah ikut menganalisis dan mengambil spesimen aslinya. "Sehingga kita bisa lebih lanjut bisa mengantisipasi untuk keamanan berikutnya," sarannya.(007)