Delapan pejabat Korut membelot melintasi perbatasan negara itu dengan China. Foto/Istimewa
TRANSKEPRI.COM. SEOUL - Sedikitnya 15 pejabat pemerintah Korea Utara (Korut) berusaha membelot dengan melintasi perbatasan ke China. Dari jumlah itu, tujuh diantaranya berhasil ditangkap oleh pihak berwenang Korea Utara (Korut) sedangkan delapan lainnya melarikan diri dengan membawa informasi rahasia.
Dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Jumat (31/1/2020), agen-agen keamanan Korut terbang ke Bandara Samjiyon dalam operasi darurat kerena ke-15 orang itu berpencar menjadi kelompok-kelompok kecil untuk menghindari penangkapan.
Ketujuh orang itu ditangkap di sebuah desa dekat perbatasan, sementara delapan lainnya berhasil melarikan diri dengan sejumlah informasi rahasia dalam bentuk dokumen resmi pemerintah.
"Pada 2 Januari, Departemen Keamanan Negara melancarkan operasi darurat untuk menangkap sekelompok 15 orang yang melarikan diri dari Pyongyang dan menuju ke perbatasan," kata seorang pejabat dari provinsi Ryanggang kepada RFA.
"Agen dikirim dari Pyongyang ke Samjiyon," kata sumber itu.
"Fakta bahwa mereka menggunakan pesawat untuk mencegah mereka membelot membuktikan bahwa calon pembelot bukanlah orang-orang biasa," kata sumber itu.
Sumber itu mengatakan bahwa kelompok itu telah meninggalkan Pyongyang selama liburan Tahun Baru.
"(Mereka) tiba di desa Pakcheol-li, yang terletak di perbatasan dengan China di Kabupaten Kimhyongjik, Provinsi Ryanggang, pada 2 Januari," kata sumber itu.
"Di antara mereka adalah juru ketik dari Komite Central Partai yang menangani dokumen-dokumen kunci untuk negara, jadi sangat mungkin dia memiliki semacam dokumen rahasia," tambah sumber itu.
“Kebanyakan dari mereka adalah pejabat senior. Mereka diyakini telah tinggal di Jalan Ryomyong dan daerah Mirae Scientists Street di daerah pusat Pyongyang,” kata sumber itu, merujuk pada daerah Ibu Kota yang baru dikembangkan dengan apartemen tinggi yang mahal.
Sumber itu mengatakan bahwa agen Korut tidak dapat menangkap seluruh kelompok yang berjumlah 15 orang itu.
"Tujuh dari mereka ditangkap sebelum melintasi perbatasan," ungkap sumber itu, sambil menambahkan, otoritas keamanan Korut menggunakan pesawat untuk melacak mereka, tetapi delapan dari mereka sudah berhasil menyeberang.
"Ditemukan bahwa beberapa pejabat pembelot dalam kelompok itu bekerja pada sistem telekomunikasi utama negara," urai sumber itu.
Sumber lain, seorang pejabat penegak hukum di Ryanggan mengatakan kepada RFA bahwa operasi penangkapan itu dilaporkan terlambat.
"Departemen Keamanan Negara dan Departemen Keamanan Provinsi melancarkan operasi penangkapan putus asa untuk mencegah mereka membelot," kata sumber kedua.
Sumber kedua mengatakan bahwa penggunaan pesawat terbang itu tidak normal.
“Saya telah bekerja untuk otoritas kehakiman sepanjang hidup saya, tetapi saya belum pernah mendengar tentang menerbangkan pesawat untuk menangkap para pembelot Korea Utara,” ucap sumber kedua.
“Kelompok 15 pembelot tampaknya bergerak secara terpisah dalam 3 hingga 4 kelompok. Agen-agen keamanan berusaha mati-matian untuk menangkap mereka, tetapi karena (para pembelot) bergerak dalam kelompok-kelompok yang terpisah, hanya tujuh yang ditangkap dan delapan lainnya mampu melintasi perbatasan,” kata sumber kedua.
"Menimbang bahwa otoritas keamanan menarik semua halte, bahkan menggunakan pesawat terbang, orang dapat membayangkan betapa malunya mereka karena 15 pejabat senior dari Pyongyang berusaha untuk membelot," sumber kedua menambahkan.
Beberapa warga Korut berprofil tinggi telah membelot dari negara yang represif itu dalam beberapa tahun terakhir.
RFA melaporkan pada Januari 2019 bahwa duta besar Korut untuk Italia, Jo Song-gil, bersembunyi dengan kemungkinan melakukan pembelotan. Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada Agustus bahwa ia telah meninggalkan Italia dan berada di bawah perlindungan "di suatu tempat," tanpa secara jelas mengatakan siapa yang melindunginya.
Pada 2016, Thae Yong-ho, Wakil Duta Besar Korut untuk Inggris, membelot ke Korsel. (ian)