Sejumlah kota di Ukraina hancur dibombardir Rusia
TRANSKEPRI.COM.KIEV- Layanan Darurat Ukraina melaporkan bahwa lebih dari 2.000 warga sipil Ukraina tewas selama invasi Rusia yang masih berlangsung. Di antara korban tewas itu, banyak di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
"Lebih dari 2.000 warga Ukraina tewas, belum termasuk tentara kami," kata Layanan Darurat Ukraina, seperti dikutip CNN, Rabu (2/3) kemarin.
CNN Internasional menyatakan belum bisa secara independen memverifikasi angka-angka tersebut dan telah menghubungi Layanan Darurat Ukraina untuk informasi lebih lanjut.
"Anak-anak, wanita, dan pasukan pertahanan kami kehilangan nyawa mereka setiap jam," kata Layanan Darurat Ukraina dalam sebuah pernyataan yang kini telah dihapus.
Menurut kantor layanan tersebut, beberapa infrastruktur transportasi, rumah, rumah sakit dan taman kanak-kanak telah hancur akibat serangan pasukan Rusia dalam tujuh hari terakhir.
Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan data kematian warga sipil yang dilaporkan oleh PBB.
Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membeberkan total sudah 136 orang tewas jadi korban serangan udara termasuk rudal Rusia. Dari jumlah itu, 13 yang tewas merupakan anak-anak.
Sementara itu, jumlah korban luka-luka mencapai 400 orang, termasuk 26 anak-anak.
Juru bicara Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Liz Throssell mengatakan bahwa mayoritas korban disebabkan oleh ledakan serangan udara dengan area terdampak yang luas. Ledakan itu berasal dari artileri dan roket serta misil pesawat tempur di sejumlah wilayah di Ukraina.
"Ini merupakan korban yang sudah kami cek ulang. Angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih banyak," tutur juru bicara Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Liz Throssell seperti dikutip CNN, Selasa (1/3).
Sebelumnya, sebuah ledakan kuat diduga kuat berasal dari gempuran Rusia kembali mengguncang selatan Ibu Kota Kiev Ukraina pada Rabu (2/3) malam.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Herashchenko, mengatakan ledakan dahsyat itu terdengar di dekat stasiun kereta api yang terletak di pusat ibu kota.
Herashchenko khawatir serangan udara Rusia itu memutus pasokan pemanas sentral ke beberapa wilayah Kiev di tengah musim dingin yang tengah berlangsung.
Sementara itu, seorang saksi mata Reuters di Kiev melaporkan mendengar ledakan tersebut. Ia mengaku ledakan besar itu membuat tanah bergetar. (tm)