Ilustrasi dompet digital, e-wallet, pembayaran dengan QR Code.
TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Indonesia diprediksi menjadi pemain terbesar dalam industri e-wallet dan paylater se-Asia Tenggara pada tahun 2025. Hal ini menuntut pelaku ritel untuk beradaptasi demi menjaga daya saing.
Menurut laporan IDC InfoBrief yang didukung oleh 2C2P, diprediksi akan ada tambahan seperempat miliar pengguna e-wallet baru di Asia Tenggara pada 2025.
Laporan ini menyebutkan, dari jumlah tersebut, tambahan pengguna di Indonesia pada 2025 akan mencapai 130 juta pengguna baru. Dari sisi pertumbuhan, Buy Now Pay Later (BNPL) tidak kalah populer.
Indonesia bisa menjadi pasar terbesar untuk BNPL di Asia Tenggara pada 2025, dengan total belanja masyarakat menggunakan BNPL di e-commerce bakal meningkat 8,7 kali lipat dibandingkan tahun 2020.
Adi Nugroho, Country Head 2C2P di Indonesia mengatakan evolusi metode pembayaran digital harus cepat dikejar oleh pelaku ritel guna mengakselerasi jangkauan bisnisnya.
"Hadirnya opsi baru seperti e-wallet dan BNPL memberikan akses kepada masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan keuangan konvensional," kata Adi dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (1/3/2022).
Perlu Diakomodasi Pelaku Bisnis
Adi menambahkan, jutaan pengguna baru ini adalah segmen baru yang perlu diakomodasi oleh para pelaku bisnis lokal.
Dari survei yang dilakukan International Data Corporation (IDC) di 2021, ditemukan bahwa adopsi digital payment terkini akan mampu tingkatkan penjualan merchant sebesar rata-rata 10 persen.
Menurut Adi, pemain-pemain besar di negara-negara Asia Tenggara saat ini sudah mulai cepat beradaptasi dan mengejar perkembangan metode pembayaran alternatif.
Belajar dari berbagai pengalaman mitra 2C2P di berbagai negara, Adi pun merekomendasikan sejumlah langkah bagi pelaku ritel saat memutuskan untuk mengadopsi digital payment seperti e-wallet dan BNPL.
Adi mengatakan, pelaku ritel harus mengadopsi sistem yang dapat mendukung beragam metode pembayaran dan dapat dikustomisasi serta mendukung pembayaran domestik dan internasional di berbagai negara.
Lanskap Pembayaran Heterogen
Selain itu, lakukan konsolidasi pembayaran offline dan online (omnichannel) dalam satu platform untuk optimalisasi operasional perusahaan.
Pastikan skalabilitas sistem pembayaran yang digunakan, sehingga mudahmenyesuaikan dengan perubahan yang ada di sisi operasional. Terakhir, pilih partner penyedia sistem pembayaran dengan rekam jejak yang tinggi dari sisi keamanan data.
Adi melanjutkan, kehadiran pembayaran digital membawa potensi besar bagi bisnis, dalam hal memperkuat hubungan pelanggan, memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik, mendorong skala bisnis dan memperluas pasar.
"Meski begitu, pemain ritel juga perlu mempertimbangkan lanskap pembayaran yang heterogen di Asia Tenggara," Adi menegaskan.
Ia mengungkapkan, setiap negara memiliki keunikannya masing-masing, dengan tingkat penetrasi internet, tingkat akses keuangan, regulasi dan preferensi pengguna yang berbeda-beda.
"Jika hal ini dapat disikapi dengan baik, adopsi pembayaran digital akan berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan," pungkasnya.
(lpt6)