Ilustrasi: Janin
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- China sedang mengembangkan rahim buatan dan ada robot yang merawat janin dalam rahim buatan itu untuk memantau perkembangannya hingga menjadi bayi. Tim ilmuwan di Negeri Tirai Bambu tersebut memprediksi teknologi ini akan banyak digunakan untuk perawatan bayi di masa depan.
Di dalam sebuah kubus berisi cairan kaya nutrisi, tampak embrio yang sedang berkembang. Tak jauh dari kubus tersebut, ada pengasuh robot yang merawatnya dan dengan hati-hati memantau kesehatan janin.
Menurut para ilmuwan di Suzhou Institute of Biomedical Engineering and Technology, terobosan ini di masa depan akan memudahkan perkembangan janin hingga bayi dan menghilangkan kebutuhan mengandung. Rahim buatan dan robot perawat janin juga diklaim meningkatkan keamanan perkembangan embrio.Ini memang bukan lingkungan normal bagi embrio untuk tumbuh. Embrio ini terkandung dalam rahim yang sepenuhnya merupakan buatan manusia, dan robot pengasuh yang merawatnya digerakkan oleh AI atau artificial intelligence alias kecerdasan buatan.
Dikutip dari IFL Science, mesin ini sudah diuji untuk merawat janin tikus, dan prosesnya diuraikan dalam penelitian peer-review mereka yang diterbitkan dalam Journal of Biomedical Engineering.
"Perangkat itu tidak hanya akan membantu lebih memahami asal usul kehidupan dan perkembangan embrio manusia, tetapi juga memberikan dasar teoretis untuk memecahkan masalah cacat lahir dan masalah kesehatan reproduksi utama lainnya," kata para peneliti.
"Sistem pemantauan online kultur embrio in vitro yang dikembangkan dalam makalah ini dapat melacak dan merekam karakteristik morfologis dari proses perkembangan tanpa mempengaruhi perkembangan embrio, dan memberikan dasar untuk evaluasi perkembangan embrio dan optimalisasi sistem kultur in vitro," sambung mereka.
Ini mungkin terdengar gila dan serasa seperti khayalan fiksi ilmiah belaka. Namun para ilmuwan menjelaskan bahwa ide ini mencoba meningkatkan metode perkembangan janin dalam rahim buatan. Teknologi yang ada saat ini, membutuhkan petugas manusia untuk terus memantau dan mendokumentasikan karakteristiknya.
Dengan diizinkannya ahli biologi perkembangan untuk mengembangkan embrio selama lebih dari 14 hari di sebagian besar negara mengikuti tinjauan etika yang ketat, tingkat persalinan ini menjadi faktor pembatas untuk mempelajari gangguan perkembangan. Menurut mereka, sistem otomatis yang mampu membawa banyak embrio bisa menjadi jawaban untuk meningkatkan skalanya.
Untuk melakukan ini, para peneliti mengembangkan perangkat kultur embrio jangka panjang. Perangkat ini melibatkan sistem wadah cairan yang kompleks, tempat embrio berkembang, dibantu oleh serangkaian pengontrol cairan dan dilengkapi dengan oksigen.
Di atas kultur adalah perangkat optik yang mampu memperbesar embrio dan memantaunya dengan detail yang mengesankan, yang memberikan informasi pertumbuhan penting kepada pengasuh AI. Berdasarkan informasi ini, AI bahkan dapat menentukan peringkat embrio pada kesehatan dan potensi secara keseluruhan, jika para peneliti menginginkannya.
Penting untuk dicatat bahwa saat ini, teknologi tersebut hanya dilakukan pada tikus. Tidak ada jaminan bahwa alat ini bisa dianalogikan dengan manusia. Hukum internasional pun saat ini melarang eksperimen semacam itu. Hasilnya, mesin tersebut saat ini sedang dioptimalkan menggunakan embrio hewan. (tm)