Komisi Pemberantasan Korupsi
TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- - Lagi, kader Golkar dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kali ini Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Kejadian ini memunculkan anggapan Beringin sedang digoyang.
Anggapan ini dikemukakan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Golkar Kota Bekasi, Ade Puspitasari yang juga putri Rahmat Effendi.
Ade menuding penangkapan ayahnya lewat Operasi Tangkap Tangan (OTT) merupakan upaya pembunuhan karakter dan bermuatan politis. Dia mencurigai, KPK sedang berupaya menjatuhkan citra Golkar.
“Memang ini kuning (Golkar—red) sedang diincar, kita tahu sama tahu siapa yang mengincar kuning,” ujar Ade.
Penangkapan ini, menurutnya, upaya menjatuhkan nama baik ayahnya. Lantaran tidak ada uang yang disita dari tangan ayahnya.
Sementara uang dijadikan barang bukti oleh KPK, berasal dari pihak ketiga. Antara lain, dari kepala dinas dan camat. “Itu pengembangan, tidak ada OTT, memang ini pembunuhan karakter,” ujar Ade.
Apa yang disampaikan Ade, bukan hanya klaim sepihak. Sebab, banyak saksi yang ada di lokasi penangkapan. Mulai dari staf dan penghuni rumah.
Semua orang yang ada di lokasi, kata Ade, melihat secara langsung pada saat penangkapan ayahnya tidak ditemukan barang bukti uang. Namun, penyidik tetap membawanya ke markas KPK untuk diamankan.
“Saksinya banyak, stafnya yang di rumah itu saksi semua. Bagaimana Pak Wali dijemput di rumah, bagaimana Pak Wali hanya membawa badan. KPK hanya membawa badan Pak Wali, tidak membawa uang sepeserpun,” katanya.
Diketahui, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi bersama sejumlah orang lainnya ditangkap KPK. Dari OTT kasus dugaan korupsi ini, KPK mengamankan uang total Rp 5,7 miliar. (tm)