Buraq adalah hewan istimewa yang membawa Rasulullah saat perjalanan Isra dan Mikraj. Kecepatannya sejauh mata memandang layaknya kilat. Foto ilustrasi/Ist
Buraq adalah hewan istimewa yang berasal dari surga. Warnanya putih, badannya lebih tinggi dari keledai dan lebih kecil dari baghal. Langkahnya sejauh mata memandang dan memiliki dua telinga yang panjang.
Ada yang mengatakan hewan ini seperti kuda kilat berwarna putih, wallahu A'lam. Buraq adalah kendaraan para Anbiya sebelum Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Ada satu kisah Buraq menangis karena kerinduan ingin bertemu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kisah Buraq ini diceritakan dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H).
Dikisahkan pada malam 27 Rajab, Malaikat Jibril 'alaihissalam dan Izrail mendapat perintah dari Allah 'azza wa jalla agar bertasbih dan tidak mencabut nyawa pada malam tersebut.
Jibril bertanya: "Ya Allah, apakah Hari Kiamat telah tiba?"
Allah Ta'ala berfirman: "Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Surga dan ambillah Buraq dan kemudian temui Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersama Buraq itu".
Kemudian Jibril pergi dan dia melihat 40.000 Buraq sedang bersenang-senang di taman Surga dan di wajah masing-masing Buraq terdapat nama Muhammad.
Di antara 40.000 Buraq itu, Jibril melihat seekor Buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri Buraq itu lalu bertanya: "Mengapa engkau menangis wahai Buraq?"
Buraq itu berkata: "Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun. Maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku menjadi rindu kepadanya sehingga tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan".
Jibril berkata: "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu". Kemudian Jibril memakaikan pelana dan kekang kepada Buraq itu dan membawanya kepada Bagina Nabi.
Dalam riwayat lain disebutkan, ketika Jibril melihat seluruh Buraq, ia mendapati satu Buraq duduk menyendiri menjauh dari yang lain. Buraq itu menangis dan tangisannya terbentuk sungai mutiara yang indah yang mengalir deras dari matanya yang merupakan tangisan cinta dan kerinduan.
Jibril mendekati Buraq itu dan berkata: "Semua Buraq lain bersholawat memuji Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan gembira, tetapi mengapa kau di sini sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis?
Buraq itu berkata: "Ketika Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan membawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah berhenti."
Aku pun berdoa kepada Allah: "Ya Rabb, hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad ke Surga-Mu."
Jibril berkata: "Kalau begitu kaulah yang aku pilih untuk membawa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Syekh Muhyidin ibn Arabi mengatakan: "Pada saat itu pula air mata Buraq itu berhenti menangis karena rasa bahagia bahwa ia akan membawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam."
Dari puluhan ribu Buraq, Allah memilih Buraq tersebut menjadi Buraq yang mulia karena membawa Rasulullah dalam perjalanan Isra' dan Mikraj pada malam 27 Rajab.
Ketika melakukan perjalanan Isra' Mikraj, Rasulullah didampingi Malaikat Jibril yang berada di sebelah kanannya, sedangkan Mikail di sebelah kirinya. Ibnu Sa'ad berkata bahwa yang memegang pelananya adalah Jibril, dan yang memegang tali kekangnya adalah Mikail.
Buraq tersebut menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menembus tujuh lapis langit dan berakhir di Sidratul Muntaha hingga bertemu Allah 'Azza wa Jalla.