Pencairan lapisan es di Samudra Arktik telah membuka perairan baru yang lebih luas dan Paus Pembunuh sudah terlihat berburu di sana. Foto/independent
TRANSKEPRI.COM , WASHINGTON - Pencairan lapisan es di Samudra Arktik telah membuka perairan baru yang lebih luas dan paus pembunuh sudah terlihat berburu di sana. Para ilmuwan khawatir dengan kehadiran predator cerdas di perairan Arktik dapat menciptakan
ketidakseimbangan ekologis yang merusak habitat dan spesies di dalamnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mendeteksi paus pembunuh yang bergerak ke Kutub Utara. Hewan tersebut mampu bekerja sama untuk berburu mangsa yang lebih besar, seperti anjing laut, walrus, dan spesies paus lainnya.
Tim peneliti di University of Washington mengungkapkan, paus pembunuh menghabiskan lebih banyak waktu di Samudra Arktik dibandingkan sebelumnya. Data itu berdasarkan hasil pelacakan dengan alat akustik selama delapan tahun.
Para ilmuwan mengatakan perilaku itu juga dapat membahayakan paus pembunuh, karena penurunan suhu yang cepat dapat membekukan laut. Itu berisiko karena bisa membuat paus pembunuh terperangkap dalam es.
“Perubahan perilaku paus yang datang ke Samudra Arktik mengikuti penurunan lapisan es laut di daerah tersebut," kata Brynn Kimber, dari University of Washington dikutip SINDOnews dari laman independent, Jumat (3/12/2021).
Dia mencatat, meskipun tetap ada tingkat variabilitas yang tinggi, lapisan minimum es laut Arktik pada September 2021 menurun. Angka penurunan sekitar rata-rata 13 persen per dekade, jika dibandingkan dengan pada tahun 1981 hingga 2010.
“Paus pembunuh sedang diamati di Laut Chukchi (di Samudra Arktik) dalam beberapa bulan dan berada di sana lebih lama sepanjang musim panas. Padahal secara historis wilayah itu tertutup es. Ini kemungkinan sebagai respons terhadap kondisi perairan yang terbuka lebih lama,” tambahnya.
Para peneliti mengatakan, pengurangan lapisan es laut mungkin telah membuka peluang bagi paus pembunuh menjelajah tempat berburu yang baru. Apalagi jika spesies hewan tertentu yang jadi mangsa, tidak dapat menggunakan es untuk menghindari paus pembunuh yang sangat adaptif.
Para peneliti khawatir terhadap populasi paus kepala busur yang terancam punah karena sangat rentan menjadi mangsa paus pembunuh. Penelitian ini sedang dipresentasikan kepada Acoustical Society of America.
(net)