Ini Doa Raja Bani Israil Uzia sehingga Allah Menunda Ajalnya

Rabu, 01 Desember 2021

Ilustrasi Nabi Yesaya, nabi yang diutus bagi Bani Israil saat kaum itu dipimpin Raja Uzia. (Ist)

Peristiwa ini terjadi pada masa setelah diutusnya Nabi Dawud as dan Nabi Sulaiman, namun sebelum Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Bani Israil dipimpin seorang raja bernama Uzia. Kala itu, Allah mengutus nabi di tengan Bani Israil bernama Nabi Yesaya bin Amos.

Tatkala Uzia sakit parah dan mendekati ajal, Allah menyampaikan kepada Nabi Yesaya tentang kematian Uzia yang sudah dekat. Namun Allah kemudian menunda kematian itu berkat doa-doa Uzia yang disampaikan secara ikhlas.


Ibnu Katsir dalam "Qashash Al-Anbiya" menjelaskan Nabi Yesaya bin Amos adalah salah satu nabi Bani Israil yang tidak diketahui dengan pasti masa pengutusannya.

Menurut Muhammad Ishaq, Nabi Yesaya diutus sebelum Nabi Zakariya dan Yahya. "Ia adalah Nabi yang diberikan kabar tentang kedatangan Isa dan Muhammad SAW ," ujarnya.

Pada zamannya, terdapat seorang raja yang bernama Uzia. Ia adalah Raja Bani Israil di Baitul Maqdis yang sangat patuh dan taat terhadap perintah dan larangan yang disampaikan oleh Nabi Yesaya.

Hanya saja, saat ia memerintah, Bani Israil semakin lama semakin terpuruk akhlaknya dan semakin sesat akidahnya. Hingga akhirnya Raja Uzia pun jatuh sakit, dan di kakinya terdapat infeksi.

Mengetahui bahwa Raja Bani Israil sedang sakit, maka Raja Babel saat itu, Sinhareb, pun datang ingin menyerang Baitul Maqdis. Ibnu Ishaq mengatakan, "Ia membawa 600.000 bendera."

Masyarakat Baitul Maqdis pun terkejut luar biasa. Lalu raja bertanya kepada Yesaya, "Apa yang diwahyukan Allah kepadamu tentang Sinhareb dan pasukannya?"

Yesaya menjawab, "Aku belum mendapatkan wahyu apa pun tentang mereka."
Ketika Ajal Sudah Dekat
Tidak lama kemudian turunlah wahyu kepadanya yang memerintahkan Raja Uzia untuk mewasiatkan kerajaannya dan mengangkat raja yang baru untuk menggantikannya, sebab ajal Raja Uzia sudah dekat.

Setelah diberitahukan seperti itu, Raja Uzia menghadap ke arah kiblat dan sholat, bertasbih, berdoa, dan menangis. Lalu sambil menangis dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan hati yang ikhlas, tawakal dan sabar ia berdoa:

"Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, Tuhan seluruh makhluk. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, Yang Maha Pemurah. Ya Allah, Tuhan yang tidak pernah tidur dan tidak pernah mengantuk."

"Ingatlah aku atas apa saja yang pernah aku perbuat, aku lakukan, dan aku putuskan terhadap Bani Israil. Semua itu berasal dari-Mu, dan Engkau lebih mengetahui diriku dari pada aku sendiri, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi."

Ditangguhkan
Lalu doanya dikabulkan oleh Allah dan ia mendapatkan rahmat dari-Nya. Kemudian Allah mewahyukan kepada Yesaya untuk memberitahukan kepada rajanya bahwa tangisannya telah mendapat perhatian, sampai ajalnya ditangguhkan hingga 15 tahun ke depan, dan ia juga akan diselamatkan dari musuhnya, Sinhareb.

Setelah wahyu itu datang, maka rasa sakit yang sebelumnya diderita oleh raja Uzia langsung hilang. Tidak ada lagi kesedihan dan kesusahan pada dirinya. Maka ia pun langsung bersimpuh sujud di hadapan tuhannya seraya berkata:

"Ya Allah, Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki."

"Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi."
"Engkau adalah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin. Engkau-lah Yang memberi rahmat dan mengabulkan doa hamba-Mu yang berada dalam kesulitan."

Setelah Raja Uzia mengangkat kepala dari sujudnya, Allah mewahyukan kepada Yesaya untuk memerintahkan kepada Uzia untuk mengambil air tin, lalu diusapkan di bagian tubuh yang terkena infeksi. Raja Uzia pun melaksanakannya, dan setelah itu ternyata luka-lukanya langsung sembuh.

Tidak hanya mengabulkan doa Raja Uzia dan menyembuhkannya, Allah SWT juga membinasakan pasukan Sinhareb, hingga tersisa Sinhareb dan lima orang saja, termasuk salah satunya Nebukadnezar.

Mereka diikat dengan dibelenggu dan diarak ke penjuru negeri selama tujuh puluh hari, sebagai penghinaan dan menjadi jera atas perbuatan mereka. Ketika itu setiap mereka hanya diberi makan dua gempal gandum setiap harinya. Setelah itu mereka dimasukkan ke dalam penjara.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Yesaya untuk memberitahukan kepada Raja Uzia agar membebaskan keenam tawanannya dan memulangkan mereka ke negerinya, agar mereka dapat memberi kabar kepada kaumnya tentang apa yang terjadi pada mereka.

Setelah pulang di kampung halaman, penyihir istana berkata, "Bukankah kami telah memberitahukan sebelumnya tentang Tuhan dan Nabi mereka, namun kalian tidak mau mendengarkan kami. Mereka adalah bangsa yang dijaga langsung oleh Tuhan mereka."

Ternyata apa yang mereka takutkan benar-benar terjadi. Lalu setelah tujuh tahun berselang Sinhareb meninggal dunia.

Ibnu Ishaq mengatakan, "Setelah Bani Israil ditinggal wafat oleh raja mereka, Uzia, maka terjadi lagi penyimpangan-penyimpangan dan kesesatan.