Pesawat jet tempur siluman F-35 Lightning II Lockheed Martin Amerika Serikat. Foto/REUTERS
TRANSKEPRI.COM. MOSKOW - Iran menembak jatuh sebuah pesawat komersial Ukraina yang tewaskan 176 orang karena ditakut-takuti oleh enam jet tempur siluman F-35 Amerika Serikat (AS) di dekat perbatasannya. Intimidasi enam pesawat tempur canggih itulah yang membuat Teheran gugup dan gagal mengidentifikasi pesawat sipil.
Informasi terbaru ini diungkap Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. "Informasi ini perlu verifikasi, tetapi saya ingin menekankan kegugupan yang selalu menyertai situasi seperti itu," kata Lavrov selama konferensi pers tahunannya pada hari Jumat (17/1/2020), ketika menanggapi pertanyaan dari The Independent.
“Itu adalah human error. Semua orang mengerti itu," ujar diplomat top Rusia tersebut.
Lavrov setuju dengan argumen Iran bahwa hilangnya ratusan nyawa dalam tragedi jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines pada 8 Januari 2020 lalu adalah konsekuensi langsung dari perilaku AS yang meningkatkan permusuhan yang dimulai dengan membunuh jenderal top Iran, Qassem Soleimani.
"Tindakan ini melampaui ranah internasional, hukum, dan pemahaman sederhana manusia," paparnya, yang dilansir The Independent, Sabtu (18/1/2020).
Pesawat Boeing 737-800 Ukraine International Airlines PS752 lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran pada 8 Januari 2020 pagi saat pesawat ditembak jatuh dengan rudal oleh pasukan IRCG Iran. Pesawat itu hendak terbang ke Kiev, Ukraina.
Tragedi itu terjadi hanya beberapa jam setelah Iran menembakkan lebih dari selusin rudal jelajah ke dua markas militer AS di Irak. Teheran saat itu siaga tinggi terhadap kemungkinan serangan balik Amerika.
Dalam situasi genting seperti itu, pemerintah Iran tidak menutup wilayah udara sipil. Teheran membutuhkan hampir empat hari untuk mengakui bahwa sistem rudal anti-pesawatnya telah keliru menembak jatuh pesawat sipil karena faktor human error atau kesalahan manusia. (ssb)