Khalifah Harun Al-Rasyid mulai membangkitkan kembali pembangunan angkatan laut setelah sempat nyaris tenggelam selama Daulah Abbasiyah (Ilustrasi: Ist)
Angkatan laut Islam sempat moncer di era Daulah Umayyah . Namun tatlala era Daulah Abbasiyah jihad laut seakan tenggelam. Baru pada era Khalifah Harun Ar-Rasyid armada laut mulai menggeliat kembali.
Hal ini ditandai bangkitnya kekuatan maritim Islam atas bagian timur Laut Mediterania. Selain Harun Ar-Rasyid, di era Daulah Abbasiyah ini, pembangunan kekuatan di samudera ini juga menjadi perhatian penting Khalifah Jafar Al-Mutawakkil.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan Daulah Abbasiyah mulai memberikan perhatian besar di sektor kelautan saat negeri tersebut diperintah oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid. Saat itu, negeri itu sedang berada di puncak kejayaannya.
Menurutnya, langkah Harun Ar-Rasyid disebabkan oleh semangat politik-jihadnya dalam melawan kekuasaan Byzantium.
Pada tahun 90 H, dia menunjuk Humaid bin Ma'yuf sebagai penguasa wilayah pesisir Syam dan Mesir. Angkatan laut Islam menyerang Pulau Cyprus karena penduduknya mengkhianati perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Angkatan laut Islam juga menyerang pulau Kreta. Kebijakan ini ditempuh oleh Harun Ar-Rasyid juga sebagai upaya untuk mengimbangi pengaruh Daulah Umayyah di Andalusia. Langkah Harun Ar-Rasyid ini menyebabkan bangkitnya kekuatan maritim Islam atas bagian timur Laut Mediterania.
Berjayanya armada laut Islam di bagian timur Laut Mediterania tersebut tidak semata disebabkan oleh pengaruh kekuasaan Daulah Abbasiyah saat diperintah oleh Ar-Rasyid dan cucunya Jafar Al-Mutawakkil.
Menurut Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi, ini lebih disebabkan oleh gerakan jihad yang ditorehkan oleh pejuang sukarelawan. Mereka itu di antaranya berasal dari wilayah Andalusia. Selain itu, juga disebabkan oleh aktivitas maritim Daulah Aghlabiyah yang menguasai Tunisia dan Afrika dari tahun 185-296 H.
Muslim Andalusia menaklukkan pulau Kreta pada tahun 212 H. Pada saat yang sama, angkatan Daulah Aghlabiyah di bawah pimpinan Asad bin Furat berhasil menguasai Pulau Sicilia.
Asad adalah seorang gadhi (hakim), ahli fikih, dan ahli hadits. Penaklukan pulau Kreta dan Sicilia merupakan puncak prestasi yang diraih Islam pada periode awal Daulah Abbasiyah.
Zaman Baru
Pada fase kedua kekuasaan Daulah Abbasiyah bermula setelah wafatnya Khalifah Jafar Al-Mutawakkil tahun 247 H. Ia merupakan khalifah terakhir dalam jajaran khalifah-khalifah yang kuat, juga khalifah terakhir yang memberikan perhatian besar terhadap angkatan laut.
Setelah wafatnya Jafar Al-Mutawakkil, Daulah Abbasiyah memasuki zaman baru. Kekuasaan berpindah pada perwira-perwira berdarah Turki yang mengendalikan kekuasaan dari pusat kota Baghdad.
Wafatnya Jafar menjadi awal zaman kelemahan yang berlangsung sangat lama, dan secara berangsur-angsur negeri runtuh secara total.
Pada zaman kelemahan itu, para penguasa daerah memiliki kewenangan yang sangat besar untuk memutar roda pemerintahan di wilayahnya. Dalam batas-batas tertentu, seakan penguasa daerah itu adalah raja-raja kecil yang berkuasa penuh atas wilayahnya.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi berpendapat raja-raja kecil itu tentu tidak akan muncul ke permukaan jika pusat kekuasaan di Baghdad tidak lemah.
Saat itu, muncul raja-raja kuat vang menguasai negara dalam negara. Bahkan, beberapa negara tersebut memiliki kekuasaan melebihi kekuasaan Daulah Abbasiyah sendiri. Namun di sisi lain, keberadaan negara-negara tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tetap berdirinya Daulah Abbasiyah: dan mendorong adanya penaklukan wilayah baru melalui laut.