Konsumsi rokok berperan dalam memicu terjadinya age related macular degeneration atau gangguan penglihatan akibat pertambahan usia. Foto Ilustrasi/Ist.
TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Berdasarkan data epidemologi di Australia, konsumsi rokok berperan dalam memicu terjadinya age related macular degeneration (AMD) atau gangguan penglihatan yang biasanya timbul seiring dengan pertambahan usia.
Georgios Karanasios dari University of Patras dalam 4th Scientific Summit on Tobacco Harm Reduction belum lama ini mengungkapkan, risiko AMD dapat meningkat beberapa kali lipat pada mereka yang suka merokok.
“Risiko AMD meningkat sebesar 1,67 kali pada orang yang telah merokok selama 20 tahun, dan 2.39 kali pada mereka yang sudah merokok selama 40 tahun,” ujar Georgios, seperti dikutip Senin (1/11/2021).
Georgios menyebutkan bahwa AMD biasanya muncul saat seseorang sudah berusia lebih dari 60 tahun. Namun, berdasarkan data epidemologi di Australia tadi, konsumsi rokok dapat memicu terjadinya AMD lebih cepat.
Hal yang sama juga ditemukan di Amerika dan Eropa. Pada 2040, sekitar 300 juta orang diperkirakan akan mengidap penyakit ini.
Di lain sisi, kehadiran sejumlah produk tembakau alternatif baru mendorong Georgios dan rekannya, yakni K. Mesiakaris, M Kaperoni, dan K Poulas, untuk meneliti efek produk tersebut terhadap pembentukan AMD.
Penelitian ini dilakukan dengan menguji tiga jenis produk tembakau yakni rokok, produk tembakau yang dipanaskan, dan rokok elektrik pada sel epitel pigmen retina manusia (ARPE-19) serta potensinya dalam meningkatkan risiko timbulnya AMD.
Dalam penelitian ini, mereka mengamati sejumlah marker atau penanda. Salah satunya adalah penanda risiko terkena AMD dengan meneliti kapasitas antioksidan (antioxidant capacity) dari sel epitel pigmen retina.
“Level penanda penuaan sel dan kapasitas antioksidan hanya menurun secara signifikan saat dipaparkan dengan asap rokok,” jelas Georgios.
Berdasarkan pengamatan Georgios dan timnya pada marker kapasitas antioksidan sel epitel pigmen retina, mereka menyimpulkan bahwa pengguna dua jenis produk tembakau alternatif tersebut berpotensi lebih rendah risiko mengidap AMD. Selain itu, pihaknya juga menyarankan bagi perokok yang sudah terlanjur mengidap AMD tahap awal, jika masih kesulitan untuk berhenti menggunakan produk tembakau, sesuai hasil penelitian, agar segera beralih menggunakan produk tembakau alternatif.
Temuan ini sejalan dengan hasil kajian ilmiah di berbagai negara yang sebelumnya telah membuktikan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko terhadap kesehatan yang jauh lebih rendah daripada rokok, termasuk terkait dengan penglihatan penggunanya.
“Kesimpulan paling berharga dari studi ini adalah produk tembakau alternatif memiliki potensi dampak risiko yang lebih kecil pada AMD daripada rokok,” kata Georgios di akhir presentasinya.
Secara terpisah, Head of Medical Community Alodokter Alni Magdalena menanggapi bahwa solusi terbaik untuk masalah AMD adalah dengan berhenti merokok. Namun jika sulit, perokok bisa berkonsultasi dengan dokter sehingga nanti mendapatkan konseling untuk berhenti merokok.
Bagi perokok yang masih memerlukan nikotin, dapat menggunakan nicotine replacement therapy atau produk tembakau alternatif.
(net)