Pasukan Saad Bin ABi Waqqash menyeberangi Sungai Tigris sambil terapung beserta kuda-kuda mereka.
Sosok sahabat Nabi yang satu ini benar-benar luar biasa. Tak hanya punya doa yang mustajab, Beliau juga orang pertama yang melesatkan panahnya di jalan Allah.
Siapa lagi kalau bukan Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, salah satu sahabat Nabi yang termasuk golongan awal memeluk Islam. Sa'ad dikenal sebagai pemimpin perang Al-Qadisiyah ketika melawan pasukan Persia pada tahun ke-14 Hijriyah.
Berikut kisah karomah Sa'ad Bin Abi Waqqash ketika perang Al-Qadisiyah melawan Persia. Karomah ini diceritakan Syekh Yusuf Bin Ismail an-Nabhani dalam "Kisah Karomah Wali Allah."
Dikisahkan, ketika Sa'ad bin Abi Waqqash sampai di Sungai Tigris, ia mencari perahu untuk menyeberang, tetapi ia tidak berhasil karena perahu-perahu telah ditambatkan. Sa'ad dan pasukannya tinggal di sana beberapa hari pada bulan Safar. Tiba-tiba air pasang datang.
Sa'ad bermimpi melihat sekawanan kuda milik pasukan muslimin menceburkan diri ke sungai, lalu menyeberangi air pasang itu, padahal air pasang Sungai Tigris sangat tinggi. Sa'ad menakwilkan mimpinya sebagai petunjuk agar ia menyeberangi sungai itu. Maka ia mengumpulkan pasukannya, lalu berkata, "Aku akan menyeberangi sungai ini." Dan pasukannya menyetujuinya.
Sa'ad mempersilakan pasukannya untuk menceburkan diri ke sungai, lalu berkata, "Katakanlah! Kami memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya. Cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri.Tiada daya dan kekuatan, kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."
Lalu mereka menceburkan diri ke Sungai Tigris, menyeberangi air yang pasang itu, dan terombang-ambing ombak. Sungguh ajaib, mereka terapung di sungai itu sambil berbincang-bincang dan berpasangan, seperti ketika berjalan di daratan.
Pasukan Persia merasa heran dengan hal yang tidak masuk akal tersebut. Pasukan muslim itu kemudian menaklukkan Persia dan segera mengumpulkan sebagian besar kekayaan mereka, yaitu kota-kota di Persia.
Pada bulan Safar Tahun 16 Hijriyah, kaum muslimin menguasai rumah-rumah peninggalan kerajaan Persia. (Riwayat Abu Na'im dari Ibnu al-Dafili)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Sa'ad berkata, "Kami menyeberangi sungai Tigris sambil membawa kuda dan binatang piaraan kami, sampai tak seorang pun melihat air dari dua tepinya. Kuda-kuda itu mendatangi pasukanku sambil menghela surainya diiringi ringkikan.
Ketika melihat tingkah kuda tersebut, pasukanku segera menyeberangi sungai itu tanpa memedulikan apa pun. Tidak ada sesuatu pun milik pasukanku yang hilang dalam air, hanya sebuah gelas yang pegangannya telah pecah. Gelas itu terjatuh dan hanyut terbawa air. Namun angin dan gelombang menyeretnya ke tepi dan pemiliknya mengambilnya kembali." (Abu Na'im meriwayatkan kisah ini dari Abu 'Utsmanal-Nahdi)
Riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang berjalan di atas air bersama Sa'ad adalah Salman Al-Farisi. Pasukan Sa'ad menyeberangi Sungai Tigris sambil terapung beserta kuda-kuda mereka. Sa'ad berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Dialah sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Demi Allah, Allah benar-benar akan menolong wali-Nya, memenangkan agama-Nya, dan mengalahkan musuh-Nya, jika dalam diri pasukan tidak ada kejahatan atau dosayang mengalahkan kebaikan."
Salman berkata kepada Sa'ad : "Sesungguhnya Islam itu baru. Demi Allah, lautan tunduk kepada Sa'ad dan pasukannya seperti halnya daratan tunduk kepada mereka. Mereka menyeberangi sungai, hingga air itu tidak terlihat dari tepian. Sambil terapung di sungai, mereka berbincang-bincang lebih banyak daripada ketika mereka berjalan di daratan. Mereka berhasil melintasinya, tidak ada sesuatu pun yang hilang, dan tidak adaseorang pun yang tenggelam." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im dari Abu Bakar bin Hafsh bin 'Umar)
Riwayat lain menceritakan bahwa Sa'ad dan pasukannya menccburkan diri ke sungai Tigris berpasang-pasangan. Salman menjadi pasangan Sa'ad, mereka berdampingan berjalan di atas air. Sa'ad berkata: "Demikianlah ketentuan-Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Air sungai Tigris mengapungkan Sa'ad dan pasukannya, sementara kuda mereka menyeberangi sungai sambil berdiri tegak. Bila Sa'ad lelah, di depannya terhampar sebuah gundukan, lalu ia beristirahat di atasnya seolah-olah berada di atas tanah. Tidak ada pemandangan yang lebih menakjubkan selain pemandangan itu, karena itulah hari itu disebut dengan Yaumul Jaratsim. Jika ada yang lelah, maka di depannya terhampar sebuah gundukan tempat untuk istirahat. (Riwayat Abu Na'im dari Amir al-Sha'idi)
Qais bin Abi Hazim berkata, "Kami menundukkan Sungai Tigris yang sedang meluap airnya. Meskipun air pasang mencapai puncak ketinggiannya, prajurit berkuda tetap tegak dan air tidak sampai menyentuh ikat perut kudanya." (Riwayat Abu Na'im)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika kaum muslimin menyeberangi Sungai Tigris, penduduk Persia berkata, "Mereka itu jin, bukan manusia," (Riwayat Abu Na'im dari Habib bin Shahban dikutip dari Kitab Hujjatullah 'ala al-'Alamin)