Foto koleksi Tropenmuseum menggambarkan sosok Kapiten Tionghoa, Tan Jin Sing
TRANSKEPRI.COM, Kejutan besar terjadi saat Kraton Jogjakarta dipimpin Sultan Hamengkubuwono III. Penguasa Mataram itu, menunjuk keturunan Tionghoa, Kapiten Tan Jin Sing sebagai Bupati Jogja. Penangkatan bupati kontroversial ini, juga atas campur tangan dan tekanan Inggris.
Dalam sejumlah catatan sejarah, Tan Jin Sing diangkat menjadi Bupati Jogja pada 18 September 1813 atas perintah Thomas Stamford Bingley Raffles kepada Sultan Hamengkubuwono III. Sejak menjabat sebagai Bupati Jogja, Tan Jin Sing bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat.
Peneliti Pangeran Diponegoro, Peter Carey dalam bukunya yang berjudul "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855", disebutkan sebagai Bupati Jogja, Tan Jin Sing mendapatkan tanah jabatan 800 cacah, yang sebagian besar berlokasi di Lowanu, di sebelah timur Bagelen.
Sejak lama Tan Jing Sing memiliki hubungan baik dengan ayah Pangeran Diponegoro, Raden Mas Surjo sebelum naik tahta menjadi Sultan Hamengkubuwono III. Tan Jin Sing juga membantu Raden Mas Surjo menggulingkan Sultan Hamengkubuwono II atas campur tangan Inggris.
Dalam surat penunjukan Tan Jing Sing sebagai Bupati Jogja yang ditandatangani oleh Sultan Hamengkubuwono III, secara tegas disebutkan bahwa Tan Jin Sing diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat, sebagai penghargaan atas pengabdiannya kepada Inggris.
Langkah pemilihan bupati yang bukan dari orang dalam istana, dan bukan keturunan Jawa ini sontak memicu kontroversi. Sebab belum pernah ada cerita seorang Kapiten Tionghoa diberi jabatan yang demikian tinggi, di lingkungan Keraton Jogjakarta.
Tan Jing Sing yang lahir tahun 1760 tersebut, sebelumnya merupakan Kapiten Tionghoa yang berada di wilayah pesisir utara Jawa, tepatnya di daerah Kedu, pada tahun 1793-1803. Kemudian menjadi Kapiten Tionghoa di Jogjakarta, pada tahun 1803-1813. Tugasnya sebagai pemungut pajak.
Akibat kontroversi pengangkatannya sebagai Bupati Jogja, kala itu Tan Jin Sing terus menerima olok-olokan khas Jogja. "Tidak lagi China, Belanda belum, Jawa pun tanggung". Bahkan, digambarkan sang bupati 'asing' ini mirip dengan kondisi orang Jawa yang menerima pendidikan asing, seperti putra-putra Suro Adimenggolo.
Tetapi terlepas dari begitu kontroversinya penunjukan bupati dari etnis Tionghoa kala itu, Tan Jin Sing masih dapat membina hubungan baik dengan Diponegoro. Dalam tahun-tahun meletusnya Perang Jawa, para pengawal pribadi Pangeran Diponegoro diberi makan oleh Tan Jin Sing.
Bahkan, saat memerintah Tan Jin Sing juga mengambil sikap netral terhadap intrik-intrik di dalam keraton yang sangat menjangkiti kesultanan pada dekade sebelum perang. Namun tetap saja penunjukannya sebagai pejabat penting keraton dipandang oleh banyak kalangan di Jogjakarta, sebagai rangkaian fase kemerosotan wibawa dan kemerdekaan kesultanan.
Tan Jing Sing menjadi cikal bakal hadirnya keturunan Tionghoa di dalam lingkungan Keraton Jogjakarta. Yakni, Trah Secodiningrat, serta dua keturunan lainnya, Trah Honggodrono, dan Trah Kartodirjo
Di balik semua kontroversialnya, Tan Jin Sing juga tercatat memiliki jasa besar dalam mengeksplorasi Candi Borobudur hingga kini dikenal dunia. Pada awalnya Candi Borobudur ditemukan oleh anak buah Tan Jin Sing, lalu Tan Jin Sing meminta bantuan Raffles merestorasi candi bersejarah itu.
sumber: wikipedia
(net)