Stadion Lukas Enembe di Jayapura, Papua
TRANSKEPRI.COM.PAPUA- PON Papua 2021 mendekati akhir. Tetapi, masih ada saja kasus jatah makanan untuk atlet telat datang, seperti yang terjadi di klaster Mimika.
Selama PON, atlet, ofisial, pelatih, petugas pertandingan, dan relawan mendapatkan jatah makan tiga kali dan snack dua kali. Sayangnya, ada cerita makanan terlambat yang mengemuka sejak awal PON.
Terakhir terjadi saat atlet, pelatih, dan petugas pertandingan cemas menunggu jatah makan malam, Selasa (12/10/2021). Sebabnya, sudah melewati pukul 20.00 WIT, makan malam belum tiba.
Pada akhirnya atlet-atlet yang menginap di Sentra Pendidikan di Jl. Poros SP 5 Timika Jaya Mimika Baru, Timika Jaya, Mimika Baru tersebut, akhirnya memutuskan memasak nasi dan menghangatkan lauk.
Sebagian lainnya memilih untuk meminta tolong relawan untuk pembelian makan malam. Upaya untuk membeli makan di luar bukanlah perkara mudah. Sebab, Sentra Pendidikan cukup jauh dari permukiman. Sudah begitu, lokasi asrama dan gerbang keluar masuk kompleks sekolahan dengan asrama dari SD hingga SMA itu cukup jauh dan sebagian titik tidak dilengkapi dengan penerangan jalan.
Sekitar 1,5 jam kemudian, sejumlah mobil box datang. Nasi kotak pun tiba. Karena pandemi, jatah makanan diberikan dalam kemasan. Tidak ada food hall dengan meja makan tempat bertemu atlet saat PON Papua ini seperti pada pesta olahraga lainnya.
"Saya beli nasi goreng akhirnya," kata sumber yang enggan disebutkan namanya.
"Keterlambatan itu memang ada, bahwa kami di sini itu juga bekerja sama dengan vendor atau dengan dapur penyangga dari catering lokal setempat. Nah, kalau dari Pangansari, kami mempunyai SOP dan prosedur yang baku dan pasti dan itu berlaku di seluruh area kami," kata Wawan Sasongko selaku Head of HR Operation Pangansari.Saat dikonfirmasi, penyedia konsumsi di klaster Mimika selama PON, Pangansari Utama, mengakui adanya keterlambatan tersebut. Jumlah kebutuhan yang mencapai 45 ribu kotak nasi per hari tidak sebanding dengan kapasitas dapur yang tersedia.
"Kami tidak dapat memproduksi sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan peserta PON. Dapur yang disediakan PB PON tidak sesuai dengan kapasitas yang kami butuhkan. Rata-rata 43 ribu per hari. Secara material kami sudah siap 90 kontainer berisi bahan makanan siap pakai, tetapi faktanya kapasitas dapur tidak memadai cuma 1.500 sampai 2.000 meals," sambungnya.
"Itu yang menyulitkan sampai kami bekerja sama dengan catering dan vendor yang terakreditasi dan ditinjau bersama Dinkes. Ada perbedaan irama kerja. Kami menyampaikan permohonan maaf kepada yang mengalaminya," kata Wawan.
Sebagai langkah antisipasi makanan telat lagi di sisa hari pertandingan di PON Papua, Pangansari Utama merekrut 50 volunter untuk mengisi pos-pos di dapur umum. Sebelumnya jumlah relawan mencapai 258 orang.
"Kami juga melibatkan teman-teman dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, siswa tingkat terakhir," kata Wawan. (tm)