Ketika berdoa, kita khusyuk menghadapkan hati kepada langit, bahkan ada yang mengangkat tangan ke langit. Foto ilustrasi/istimewa
Ketika berdoa , kita khusyuk menghadapkan hati kepada langit, bahkan ada yang mengangkat tangan ke langit. Hal ini disepakati ulama bahwa langit adalah kiblatnya doa adalah langit. Sebagaimana kiblatnya shalat adalah kakbah, maka kiblatnya doa memang ke langit. Tapi hal ini tidak berarti bahwa Allah Ta'ala berdiam diri di langit.
Firman Allah Ta'ala:
وَفِي ٱلسَّمَآءِ رِزۡقُكُمۡ وَمَا تُوعَدُونَ
'Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu." (QS. Adz-Dzariyat, Ayat 22)
Ulama dari kalangan salaf, Al Qadhi 'Iyadh menjelaskan, bahwa pendapat mayoritas bahwasannya langit adalah kiblatnya doa sedangkan kakbah adalah kiblatnya shalat. Maka, tidaklah diingkari mengangkat pandangan mata dan kedua tangan (ketika doa) menuju arah langit. Dan di langit adanya rezeki kalian dan apa-apa yang dijanjikan (kepada kalian). (Dinukil dari Ikmal Al Mu'lim).
Kemudian Imam an Nawawi juga mengutip dari Al Qadhi 'Iyadh: "Para ulama berbeda pendapat dalam kemakruhan menengadah pandangan ke langit ketika berdoa di luar waktu shalat. Syuraih dan lainnya memakruhkan hal itu, namun mayoritas ulama membolehkannya.
Mereka (mayoritas) mengatakan: karena langit adalah kiblatnya doa sebagaimana kabah adalah kiblatnya shalat, dan tidaklah diingkari menengadahkan pandangan ke langit sebagaimana tidak dimakruhkan pula mengangkat tangan (ketika berdoa). Allah Taala berfirman: Dan di langit adanya rezeki kalian dan apa-apa yang dijanjikan (kepada kalian). (Kitab Al Minhaj Syarh Shahih Muslim)
Hal ini juga dikatakan para imam lainnya:
- Imam Abu Sa'id al Mutawlli asy Syafi'i dalam Kitab al Mughanni.
- Imam Ibnu Hajar al Asqalani asy Syafi'i dalam Fath al Bari.
- Imam as Suyuthi asy Syafi'i dalam Syarh Sunan Ibni Majah.
- dan ulama lainnya.
Sementara itu ada ulama lain yang menolak pendapat bahwa langit adalah kiblat doa. Bagi mereka kiblatnya doa dan shalat itu sama. Kiblatnya doa ke langit dinilai pendapat yang tidak ada pendahulunya dari ulama salaf.
Imam Ibnu Abi al 'Izz al Hanafi mengatakan, adapun perkataan langit adalah kiblatnya doa, adalah tidak ada yang mengatakan. Allah Subhanahu wa ta'ala tidak pernah menurunkan kuasa dengan pendapat demikian. Ini adalah perkara agama yang syar'i, maka tidak boleh hal itu samar bagi semua salaf dan ulamanya. (Kitab Ssyarh al 'Aqidah ath Thahawiyah).
Namun, menurut ustad Farid Nu'man Hasan, perbedaan pandangan dalam hal ini tidak menjadi sebab tidak adanya persatuan kaum muslimin. Manapun pendapat yang kita ikuti masing-masing pendapat juga terdapat para imam Ahlus Sunnah yang kredible ilmu, taqwa, dan akhlak nya.