Astronom Temukan Planet Mirip Neraka, Panasnya Bisa Membuat Besi Menguap

Ahad, 10 Oktober 2021

Astronom menemukan exoplanet di luar tata surya yang mirip neraka. Foto/dok

TRANSKEPRI.COM, TORONTO - Astronom menemukan exoplanet di luar tata surya yang mirip neraka.  Planet yang dijuluki WASP-76b ini memiliki suhu 4.400 derajat Fahrenheit yang bisa menguapkan besi dan menurunkan besi itu menjadi hujan di malam yang bersuhu dingin.

Exoplanet tersebut ditemukan pada 2016 lalu namun para peneliti telah melihat kalau WASP-76b lebih panas dari yang diperkirakan sebelumnya. Kunci dari kesimpulan itu adalah penemuan kalsium terionisasi yang membutuhkan kondisi teramat panas.

Dilansir Science Alert, Sabtu (9/10/2021), suhu di permukaan WASP-76b diperkirakan naik menjadi sekitar 4.400 derajat Fahrenheit atau 2.246 detajat Celcius di siang hari. "Kami melihat begitu banyak kalsium; ini adalah fitur yang sangat kuat," kata astrofisikawan Emily Deibert dari University of Toronto di Kanada.
"Tanda spektral kalsium terionisasi ini dapat menunjukkan bahwa  planet ekstrasurya memiliki suhu atmosfer di planet ekstrasurya jauh lebih tinggi dari yang kita duga," ujarnya.

Para peneliti menggunakan data dari Gemini North Telescope di Hawaii untuk melihat zona suhu sedang di planet WASP-67b, perbatasan antara siang dan malam. Mereka menggunakan proses spektroskopi transit, di mana cahaya bintang planet ekstrasurya bersinar melalui atmosfernya, sepanjang perjalanan kembali ke Bumi.

Teknik spektroskopi ini memungkinkan para astronom menemukan semua jenis rahasia tentang  planet ekstrasurya yang berjarak ratusan tahun cahaya, mulai dari detail rotasi planet hingga pola angin di permukaan.
Penelitian ini merupakan bagian dari proyek multi-years yang melihat minimal 30 exoplanet, yang disebut Exoplanet dengan Gemini Spectroscopy (ExoGemS).

"Kami akan mengembangkan gambaran yang lebih lengkap tentang keragaman sejati dunia asing - dari yang cukup panas untuk menampung hujan besi hingga yang lain dengan iklim yang lebih ekstrem," kata astronom Ray Jayawardhana dari Cornell University di New York.
(net)