Sejumlah Wilayah di London, Hampir Separuh Warganya Muslim

Selasa, 14 Januari 2020

Jumlah penganut Islam di London Inggris terus meningkat

TRANSKEPRI.COM.JAKARTA- Saat ini beberapa wilayah di London hampir 50 persen penduduknya beragama Islam. Angka ini merupakan analisa Office for National Statistics (ONS).

Berdasarkan data yang dirilis The Sun, pada 2019 jumlah muslim di Inggris sudah menembus angka 3 juta jiwa Jika tren terus berlanjut, jumlah penduduk Inggris bisa didominasi muslim dalam 10 tahun mendatang.

Pada 2018, jumlah muslim hanya di wilayah London nyaris mencapai 1,26 juta jiwa. Jumlah ini kira-kira setara 14,2 persen dari total populasi di wilayah tersebut. Sekitar 74 persen penduduk Inggris lainnya menganut agama atau kepercayaan lain.

Seiring berbagai konflik, migrasi terus terjadi mulai 2015 ke Inggris dan wilayah lain di Eropa. Populasi muslim bisa jadi meningkat hingga tiga kali lipat pada 2050, seiring korban perang (refugee) yang masuk wilayah Inggris dan Eropa.

ONS sebelumnya telah melakukan survei terhadap 55.318.085 orang di hanya di Inggris. Bila digabung dengan survei yang dilakukan di Wales dan Skotlandia, maka jumlah penduduk yang disurvei mencapai 63.783.693 jiwa.

Kemudian Telegraph merilis, populasi muslim di Inggris bakal meningkat dalam 30 tahun. Peningkatan hingga tiga kali lipat tersebut berdasarkan perhitungan Pew Research Centre.

Dengan model hitungan yang mengasumsikan level migrasi pertengahan atau median migration levels, jumlah muslim diperkirakan naik menjadi 13 juta pada 2050. Sebelumnya pada 2016 jumlan muslim diasumsikan 4,1 juta jiwa.

Riset ini mengikuti catatan masuknya para pencari suaka dari Suriah serta negara muslim lain yang mengalami konflik. Studi tersebut juga menunjukkan, Inggris adalah negara dengan tingkat permusuhan paling rendah terhadap pencari suaka dari Irak dan Suriah.

Hanya satu dari tiga orang di Inggris yang memandang pencari suaka sebagai musuh. Angka ini jelas lebih rendah daripada Prancis yang mencapai 39 persen, 42 persen di Spanyol, dan 60 persen di Polandia. Negara dengan jumlah pengungsi rendah biasanya lebih percaya mereka adalah ancaman.

Dikutip dari Evening Standard, Ed Husain menjelaskan alasannya memilih Inggris. Ed adalah penulis The House of Islam: A Global History yang sempat tinggal di Timur Tengah dan Amerika.

Inggris sendiri bukannya aman dari konflik antar agama. Muslim menghadapi ancaman tindakan rasisme setiap saat dari kelompok lain. Namun seiring waktu, penduduk Inggris dan London secara aktif berusaha melakukan perbaikan atau reformasi.

Di Kota London dan wilayah Inggris lain, ide seputar politik pragmatis, keragaman agama, dan peluang ekonomi terus dipraktikkan dalam masyarakat. Hasilnya, penegakan hukum lebih penting dibanding aturan agama atau kebijakan rahasia.

Penduduk dengan berbagai latar belakang mendapat perlakuan yang sama. Mereka wajib taat hukum yang dibuat pemerintah jika ingin hidup di London atau wilayah Inggris lainnya. Semangat perbaikan inilah yang bisa diambil muslim lain di seluruh dunia dari warga London. Mereka saling bekerja sama menciptakan peluang dan iklim stabilisasi yang lebih baik. (009)