Dengan jiwa yang sehat, seseorang mampu hidup mandiri serta produktif dan mampu berkontribusi. / Foto: ilustrasi/ist
TRANSKEPRI.COM, JAKARTA - Setiap 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan. Pasalnya, sehat jiwa berarti sehat secara fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Menurut Direktur Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan , dr. Celestinus Eigya Munthe, Sp.KJ, M.kes, dengan jiwa yang sehat, seseorang mampu hidup mandiri serta produktif dan mampu berkontribusi. Adapun memelihara kesehatan jiwa berarti:
1. Memastikan mereka yang sehat dapat menjalani kehidupan penuh arti (wellbeing).
2. Mereka yang berisiko ditangani dini.
3. Mereka yang sakit (illness) mendapatkan pengobatan paripurna.
"Gangguan jiwa timbul akibat faktor biologi, psikologi, dan sosial selama perkembangan. Gangguan jiwa dimulai pada usia muda sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas, kehilangan kualitas hidup, dan pengobatan kronis," kata dr. Celestinus saat webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2021 di YouTube Kemenkes, Rabu (6/10/2021).
Dokter Celestinus mengatakan bahwa faktor-faktor tersebut memengaruhi baik secara genetik oleh karena masalah keluarga yang mempunyai kecenderungan untuk menurunkan penyakit tertentu. Masalah biologis mulai dari masa pertumbuhan, kehamilan, hingga tumbuh kembang setelah anak lahir mungkin mengalami gizi.
"Hal ini mengakibatkan hambatan dalam perkembangan mental psikologisnya. Dalam hubungan dengan keluarga yang sejak dalam kandungan individu tersebut telah mengalami konflik dalam keluarga sehingga terjadi depresi prenatal dan menimbulkan masalah mental," jelas dia.
(net)