Kilat
Kilat, petir atau halilintar biasanya muncul pada musim hujan. Langit mengeluarkan kilatan dan suara menggelegar hingga mengeluarkan air hujan yang turun ke bumi.
Allah 'Azza wa Jalla menjelaskan fenomena alam ini dalam Al-Qur'an sebagai salah satu tanda kebesaran-Nya yang patut direnungi manusia. Muncul pertanyaan, mengapa Allah memperlihatkan Kilat?
Dalam Bahasa Arab, Ar-Ra'du digunakan untuk menyebut suara guntur. Sementara Ash-Shawa'iq dan Al-Barq digunakan untuk menyebut kilatan petir. Mari kita simak firman Allah berikut:
وَمِنۡ اٰيٰتِهٖ يُرِيۡكُمُ الۡبَرۡقَ خَوۡفًا وَّطَمَعًا وَّيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَيُحۡىٖ بِهِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّعۡقِلُوۡنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti." (QS Ar-Rum Ayat 24)
Dalam Tafsir Kemenag dijelaskan, Allah memperlihatkan kilat kepada manusia untuk menimbulkan ketakutan khususnya di saat manusia dalam perjalanan dan harapan akan turunnya hujan bagi yang dilanda kekeringan.
Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan Allah yaitu kilat. Ini merupakan gejala alam yang dapat disaksikan pancaindra dan dapat pula diterangkan secara ilmiah. Kilat timbul dari bunga api listrik yang terjadi di kala bersatunya listrik positif yang berada di kelompok awan yang mengandung air dengan listrik negatif yang berada di bumi, sewaktu keduanya sedang berdekatan.
Al-Qur'an hanya menyebutkan hal itu sebagai alat untuk menghubungkan hati manusia dengan alam dan Penciptanya. Perasaan takut muncul di kala melihat kilat karena ia diikuti oleh petir yang bila menyambar sesuatu, akan membinasakannya.
Bila manusia disambarnya, maka ia akan mati terbakar. Bila metal (logam) yang disambar, maka benda itu akan mencair dan melebur. Bila batu dan bangunan yang disambarnya, maka akan hancur.
Sesudah kata-kata takut dan harapan, ayat ini dilanjutkan dengan "Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering)." Apabila menyirami tanah, dia akan menyuburkannya. Kemudian tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan daun-daunnya berkembang. Begitu pula halnya dengan hewan dan manusia.
Dalam riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang Ar-Ro'du (guntur), lalu Beliau menjawab: "Ar-Ro'du adalah Malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah".
Doa Ketika Mendengar Suara Petir
1. Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca doa ini ketika mendengar petir.
اّللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلاَ تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ
Allahumma Laa Taqtulna Bighadhobika wala Tuhlikna bi a'dzabika wa a'fina Qobla Dzalik
"Ya Allah, jangan bunuh kami dengan murka-Mu, dan jangan binasakan kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah kami sebelum itu." (HR at-Tirmidzi)
2. Abdullah bin Az-Zubair ketika mendengar suara petir, beliau menghentikan pembicaraan lalu mengucapkan:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Subhanalladzi Yusabbihur Ra'du Bihamdihi wal Malaa-ikatu min Khiifatih
"Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memuji-Nya, begitu juga para Malaikat, karena takut kepada-Nya."
Wallahu A'lam