Ngeri, Monumen Perang Berusia 4.300 Tahun Terbuat dari Tumpukan Mayat

Rabu, 29 September 2021

Monumen peringatan perang kuno berusia 4.300 tahun di situs Tell Banat yang berisi prajurit Suriah. Foto/Euphrates Salvage Project & Antiquity Publications

TRANSKEPRI.COM, DAMASKUS - Arkeolog menemukan monumen peringatan perang kuno berusia 4.300 tahun di situs Tell Banat yang berisi 30 prajurit Suriah yang tewas dalam medan perang.

Anne Porter, seorang profesor Peradaban Timur Tengah kuno di Universitas Toronto, mengatakan penemuan ini menunjukkan bahwa orang-orang kuno menghormati mereka yang tewas dalam pertempuran, sama seperti mausia modern.

“Kami tidak tahu apakah mereka adalah pemenang perang atau bukan. Kami tahu bahwa orang-orang dari Tell Banat ini menguburkannya di gundukan besar yang terlihat sejauh bermil-mil," kata Porter dalam pernyataannya yang dilansir Live Science. Monumen peringatan itu sedikit mirip dengan piramida tangga Djoser di Mesir. Namun yang membedakannya, monumen itu terbuat dari tanah dan gipsum, bukan batu, tulis para arkeolog dalam makalah yang diterbitkan 28 Mei di jurnal Antiquity.

Orang-orang yang tinggal di daerah itu di zaman modern menyebut gundukan itu sebagai "monumen putih" karena terbuat dari gipsum dan menyebabkan monumen itu berkilau di bawah sinar matahari.

Para peneliti melihat bahwa mayat-mayat itu dikebumikan dengan cermat. "Kumpulan tulang manusia disimpan di timbunan saat tahap horizontal monumen dibangun. Mereka ditempatkan langsung di tanah, tanpa penutup atau demarkasi khusus," tulis tim di koran Antiquity.

Tulang-tulang itu tampaknya telah digali dan dikebumikan kembali di tugu peringatan itu. "Tulang-tulang itu bisa saja berasal dari medan perang tua, atau dari kuburan. Bagaimanapun, tulang-tulang itu dipilih, diatur dan akhirnya dimonumentalkan dengan hati-hati, lama setelah kematian," tulis para arkeolog dalam makalah mereka.

Situs itu digali antara tahun 1988 dan 1999 oleh tim yang dipimpin oleh Porter dan Thomas McClelland, yang pada saat itu sama-sama arkeolog dengan Proyek Penyelamatan Efrat. Penggalian itu mereka lakukan sebelum situs dibanjiri pembangunan Bendungan Tishreen.(net)